BLORA,SULAWESION.COM– Sebuah peringatan serius disampaikan oleh tokoh masyarakat Blora dalam sebuah pertemuan rutin Paguyuban Setya Rukun yang dihadiri oleh sejumlah mantan pejabat, pendidik, dan veteran.
Mereka memperingatkan masyarakat Indonesia akan bahaya fenomena sosial yang disebut sebagai “DFK”, singkatan dari Disinformasi, Fitnah, dan Kemarahan, yang dinilai lebih berbahaya dari pandemi Covid-19 karena dapat memicu perpecahan sosial dan melemahkan kerukunan antarumat.
Ketua Paguyuban Setya Rukun, Poerwadi, dalam sambutannya menekankan pentingnya pertemuan rutin sebagai sarana menjaga silaturahmi dan kesehatan jiwa, khususnya bagi kelompok rentan.
Kegiatan yang berlangsung di kediaman Suwito, Kelurahan Jetis, Blora, ini menjadi wadah untuk refleksi dan mempererat persaudaraan lintas generasi.
“Silaturahmi ini bukan sekadar temu kangen, tapi bentuk ibadah dan rekreasi batin. Kita bisa berbagi kisah, bergurau, sekaligus saling memberi semangat hidup,” ujar Poerwadi, mantan kepala sekolah dan dosen, Selasa 13 Mei 2025.
Namun, di balik suasana hangat itu, muncul peringatan tegas dari Bambang Sulistya, penasihat paguyuban sekaligus mantan Sekda Blora.
Ia menyoroti maraknya fenomena sosial yang disebutnya sebagai DFK-Disinformasi, Fitnah, dan Kemarahan-yang kian menggerogoti tatanan masyarakat.
“DFK ini bukan sekadar gangguan sosial biasa. Ia seperti virus yang menyebar cepat, diam-diam melemahkan fondasi kerukunan, dan mengancam integrasi bangsa,” tegas Bambang.
Dirinya menguraikan, DFK mencakup:
Disinformasi, yang berasal dari penyebaran berita palsu dan manipulatif demi kepentingan tertentu. Hal ini menciptakan keresahan dan memicu konflik di tengah masyarakat.
Fitnah, yang telah menjadi ‘budaya baru’ di masyarakat, di mana kebenaran sering kali dikaburkan demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Kemarahan, yang kian menjadi tren di ruang publik, menciptakan atmosfer bising dan merusak nilai kesantunan serta empati sosial.
Suwito (87), seorang veteran di bidang pendidikan, turut menyampaikan harapannya agar silaturahmi dan kebijaksanaan para tokoh senior bisa menjadi inspirasi untuk menjaga kedamaian sosial.
“Pertemuan seperti ini sangat berarti. Mengingatkan kami akan masa lalu yang penuh dedikasi, dan pentingnya terus menjaga nilai-nilai luhur,” ujarnya.
Paguyuban Setya Rukun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menangkal fenomena DFK dengan memperkuat literasi digital, mengedepankan etika dalam bermedia sosial, serta mengamalkan nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.
“Marilah kita renungkan ajaran luhur: sak bejo-bejone wong urip, isih bejo sing eling karo sing gawe urip. Jangan biarkan DFK merusak warisan harmoni yang telah kita bangun bersama,”Kata Bambang.