BLORA, SULAWESION.COM — Suasana hangat memenuhi Auditorium Iwan Ibrahim, Polres Blora, Selasa (27/5), ketika elemen paling strategis di Kabupaten Blora berkumpul dalam satu forum yang tidak biasa. Bertajuk “Ngopi Bareng Forkopimda bersama Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat (Toga-Tomas),” forum ini menjelma menjadi ruang konsolidasi lintas batas: antara pemerintah, penegak hukum, militer, tokoh agama, hingga masyarakat sipil.
Dalam sebuah momentum langka, Bupati, Kapolres, Dandim, dan Kajari duduk sejajar tanpa sekat, bukan hanya untuk berbicara—tetapi mendengar, menyatukan narasi tentang masa depan Blora yang aman, inklusif, dan berdaya saing.
Bupati Blora, Arief Rohman, membuka forum dengan pesan yang tak bisa diabaikan: stabilitas bukan pilihan, melainkan kebutuhan.
“Kondusifitas adalah harga mati. Tanpa stabilitas, pembangunan akan tersendat. Sinergi antara pemda, TNI, Polri, dan seluruh elemen masyarakat sangat vital,” tegasnya.
Lebih dari sekadar jargon politik, pernyataan itu diperkuat oleh rencana pembangunan strategis yang telah disiapkan. Tahun 2025, Blora bersiap menggelontorkan dana infrastruktur hingga Rp266 miliar, termasuk dari bantuan provinsi dan skema pinjaman. Tak hanya beton dan aspal, pemkab juga menyasar pembangunan Sekolah Rakyat sebuah inisiatif dari pemerintah pusat yang hanya diterapkan di dua kabupaten di Jawa Tengah: Blora dan Magelang.
Kapolres Blora, AKBP Wawan Andi Santosa, menekankan pentingnya keamanan berbasis komunitas.
“Kami ingin masyarakat menjadi polisi bagi diri sendiri. Prinsip kami: Hadir, Berbuat, dan Bermanfaat,” ungkapnya.
Sementara itu, Dandim 0721/Blora Letkol Inf Agung Cahyono memperkenalkan semangat baru TNI lewat pendekatan PRIMA: Profesional, Responsif, Integratif, Modern, dan Adaptif.
Di sisi lain, Kepala Kejaksaan Negeri Blora, M. Haris Hasbullah, mengambil pendekatan yang berbeda. Ia menekankan bahwa hukum harus mencerahkan, bukan menakutkan.
“Kami ingin masyarakat memahami hukum bukan sebagai ancaman, tapi sebagai pelindung hak-haknya,” kata Haris.
Narasi Positif dan Harapan Baru: UNY di Blora
Diskusi memanas ketika perwakilan Partai Demokrat, Bambang Sulistya, angkat bicara soal disinformasi di media sosial yang merusak citra daerah. Ia juga menyuarakan aspirasi penting yang kini menguat: dukungan terhadap pendirian kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Blora.
“Kami siap mendukung secara politik. Kehadiran UNY akan mengubah wajah SDM Blora,” ujarnya.
Pernyataan tersebut mengundang tepuk tangan, tak hanya dari peserta forum, tetapi juga dari Forkopimda yang menyambutnya sebagai langkah strategis menuju pemerataan akses pendidikan tinggi.
Bukan tanpa alasan forum ini dinamai Ngopi Bareng. Di balik suasana informal, terselip komitmen formal untuk mengikat kolaborasi. Dialog yang jujur, kritik yang konstruktif, dan visi bersama yang mulai mengerucut: menjadikan Blora sebagai model daerah yang harmonis, aman, dan progresif.
Di tengah polarisasi sosial dan tantangan global, Blora memilih jalur sinergi. Tidak dengan gebrakan politik, tetapi dengan duduk bersama, mendengar, dan bergerak dalam satu arah.
Karena bagi Blora, masa depan tidak dibangun oleh satu tangan, tetapi oleh banyak tangan yang bersedia saling menggenggam.