Hijaukan Kurban, Sejukkan Hati: Inisiatif ASN Blora Bungkus Daging dengan Daun Jati

ASN dan Masyarakat Blora Bungkus Daging Kurban Gunakan Daun Jati Pengganti Kantong Plastik. (Dokumentasi | Ist)

BLORA, SULAWESION.COM – Di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap limbah plastik saat momentum Idul adha, sekelompok Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Blora justru hadir dengan solusi sederhana namun menginspirasi: membungkus daging kurban menggunakan daun jati. Langkah kecil ini bukan sekadar ramah lingkungan—tapi juga sarat makna sosial dan spiritual.

Untuk tahun ketiga berturut-turut, para ASN Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (DP4) Blora menginisiasi patungan hewan kurban tanpa paksaan atau instruksi dari atasan. Satu ekor sapi seharga Rp20 juta disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) bersertifikat, lalu dagingnya dibagikan kepada warga sekitar dan rekan sejawat. Bedanya, tahun ini mereka membungkus semua daging itu dengan daun jati, bukan plastik.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Waspadai Hati Sapi! Pemeriksaan Ketat Hewan Kurban di Blora, Ini Temuan Petugas

“Kami ingin kurban ini bukan hanya tentang ibadah, tapi juga tentang kepedulian—baik kepada manusia maupun lingkungan,” ujar Suwito, koordinator kurban DP4 Blora, Jumat (6/6/2025).

Daun jati dipilih bukan hanya karena mudah ditemukan di sekitar Blora yang memang dikenal sebagai daerah penghasil kayu jati, tapi juga karena sifatnya yang alami, biodegradable, dan tidak mencemari lingkungan. Selain itu, daun jati memiliki pori-pori dan permukaan lebar yang cocok untuk membungkus potongan daging.

Kepala DP4 Blora, Ngaliman, SP., M.MA., menyebut inisiatif ini sebagai simbol kesalehan sosial yang konkret.

“Ini bukan hanya kreatif, tapi juga edukatif. ASN kami memanfaatkan potensi lokal dengan nilai ekologis. Ini yang kita butuhkan—birokrat yang bukan hanya bekerja administratif, tapi juga berpikir solutif dan berjiwa sosial,” tegasnya.

Selain menggunakan daun jati, proses kurban ini juga mencerminkan kekompakan dan keikhlasan para ASN. Mereka yang terlibat antara lain Poniran, M. Pujianto, Suwito, Nyamat, Widya Ciptanti, Sutiyono, hingga purna tugas yang masih merasa terpanggil. Kepala dinas sendiri bahkan ikut berkontribusi pribadi, menunjukkan semangat gotong-royong yang otentik.

“Kami lakukan ini karena kami bersyukur masih diberi rezeki dan kesehatan. Dan kami tahu, masih banyak masyarakat yang sangat membutuhkan uluran tangan,” ujar Poniman, salah satu ASN yang ikut berkurban.

Idul adha bukan sekadar ritual penyembelihan, tetapi momen spiritual yang merefleksikan ketaatan, keikhlasan, dan solidaritas. Di tengah dominasi praktik simbolik, inisiatif para ASN Blora ini menjadi contoh nyata bagaimana ibadah ritual bisa dibumikan dalam bentuk kontribusi sosial dan kesadaran lingkungan.

Dengan menggunakan daun jati, mereka tidak hanya menyelamatkan bumi dari ribuan lembar plastik sekali pakai, tetapi juga menghidupkan kembali tradisi lokal yang telah lama dilupakan.

“Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain. Bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil, dari niat yang besar, dan dari hati yang tulus,” tutup Ngaliman.

Jika semua instansi meniru langkah ASN Blora ini, bisa dibayangkan berapa banyak limbah plastik yang bisa dihemat setiap Idul adha. Terkadang, inovasi tak perlu mahal—cukup niat dan kepedulian yang tak lekang oleh zaman.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan