Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) di Aquarius Boutique Hotel Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu (8-11/11/2023). (Foto: DKIPS)
KALTENG, SULAWESION.COM – Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) Olly Dondokambey menghadiri Konferensi Gereja dan Masyarakat (KGM) di Aquarius Boutique Hotel Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), Rabu (8-11/11/2023).
Kegiatan lima tahunan tersebut sebagai ruang dialog dan refleksi, serta pemetaan tantangan dan arah pelayanan gereja di tengah Indonesia dan dunia. Kali ini sebagai tuan rumah yaitu Gereja Kalimantan Evangelis atau GKE.
Olly yang juga Ketua Majelis Pekerja Harian PGI (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia) mengatakan KGM memiliki tempat tersendiri dalam perjalanan kerohanian di Indonesia.
KGM mulai diselenggarakan pada tahun 1972, dimana saat itu gereja-gereja berkonferensi untuk meletakkan landasan menjalankan diakonia pembangunan sebagai perwujudan damai sejahtera di Indonesia.
KGM terakhir diselenggarakan pada Maret 2019 di Manado, Sulut dengan tema “Aku adalah yang Awal dan Yang Akhir”.
Sedangkan KGM 2023 mengusung tema “Hiduplah sebagai Terang yang Membuahkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran (Efesus 5:8b-9)” dan Subtema: “Bersama-sama Mewujudkan Masyarakat Majemuk yang Pancasilais dan Berdamai dengan Segenap Ciptaan Allah”.
“Tema ini juga yang akan menjadi fokus Sidang Raya PGI ke-18 tahun depan nanti di Toraja,” kata Olly.
Pemilihan tema dan subtema sidang raya PGI selalu berkaitan dengan refleksi atas tantangan-tantangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia dan tantangan global.
“Oleh karena itu pemilihan tema dan subtema kali ini pun didasarkan pada pembacaan situasi sosial ke-Indonesiaan masa kini dan yang masih akan menyertai pelayanan PGI dan gereja-gereja anggota PGI lima tahun ke depan,” tutur Olly.
Menurutnya tantangan-tantangan tersebut bukan saja merupakan tanggung jawab pemerintah, namun tanggung jawab gereja-gereja untuk menjalankan fungsi kritis dan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam konteks inilah penyelenggaraan KGM sebagai upaya bersama menyikapi proses bagaimana gereja menjadi terang yang akan membuahkan kebaikan di tengah konteks bangsa dan negara Indonesia sebagaimana tema tersebut.
“Karena itu KGM ini menjadi tempat bagi gereja-gereja untuk melakukan dialog dan refleksi mengenai sejumlah isu yang menjadi pergumulan umat. Juga untuk memahami kondisi sosial-politik masa kini di level internasional, nasional dan lokal dengan analisis dari perspektif demokrasi. Lalu merumuskan pilihan-pilihan pelayanan gereja dalam rangka keadilan dan kesejahteraan bagi semua ciptaan,” terang Olly.
Ia menyebutkan majelis pekerja harian menaruh harapan besar akan hasil dari KGM tahun ini. Apalagi problematika konteks sosial-politik Indonesia yang kompleks diperhadapkan dengan masa depan pembangunan manusia yang berkeadaban, menjadi penting bagi gereja untuk dapat merumuskan sikap dan respons gereja atasnya.
“Mari kita menyumbang pikiran yang terbaik dalam empat hari ini, tetapi juga tindakan nyata sebagai gereja di Indonesia tercinta,” tandasnya.