Menebar Cinta di Hari Asyura: IPARASTU dan Baznas Blora Santuni Anak Yatim dan Duafa

Pengurus IPARASTU dan Baznas Blora salurkan santun ke anak yatim

BLORA,SULAWESION.COM- Momentum 10 Muharram 1447 Hijriah menjadi saksi kekuatan kepedulian sosial di Kabupaten Blora.

Ikatan Persaudaraan Alumni SD Jiken Satu (IPARASTU), menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Blora, menyalurkan santunan kepada 121 anak yatim dan kaum duafa dalam sebuah peringatan yang sarat makna spiritual dan kemanusiaan, Minggu 6 Juli 2025.

Bacaan Lainnya

Bertempat di Pendopo Kecamatan Jiken, acara yang digelar bertepatan dengan Hari Asyura dan peringatan ulang tahun IPARASTU ini tak sekadar menjadi seremoni tahunan.

Ia menjelma sebagai oase harapan bagi anak-anak yang kehilangan figur orang tua, sekaligus sebagai pengingat nilai luhur Islam tentang kasih sayang dan keadilan sosial.

“Alhamdulillah, kegiatan ini sudah kedua kalinya kami selenggarakan. Setiap 6 Juli, bertepatan dengan ulang tahun IPARASTU, kami berkomitmen menghadirkan senyum di wajah anak-anak yatim dan duafa,” ujar penasehat IPARASTU, HM Kusnanto.

Dari total Rp30,25 juta yang disalurkan, Baznas Blora berkontribusi Rp10 juta, sementara sisanya berasal dari gotong royong anggota dan pengurus IPARASTU. Masing-masing penerima memperoleh santunan uang tunai senilai Rp250 ribu.

Kegiatan tersebut turut dihadiri Ketua IPARASTU Gunadi beserta istri, perwakilan Baznas Blora, dan para tokoh masyarakat. Tampak wajah-wajah polos anak-anak berseri saat menerima bantuan, menyiratkan kebahagiaan sederhana yang dalam.

Lebaran Anak Yatim: Tradisi yang Sarat Makna

Dalam tradisi Islam di Indonesia, 10 Muharram sering dijuluki “Lebaran Anak Yatim”. Momentum ini dipercaya sebagai saat paling mulia untuk menyantuni anak yatim, sebagaimana teladan yang diajarkan Rasulullah SAW.

“Keutamaan 10 Muharram tak hanya terkait dengan puasa Asyura yang dapat menghapus dosa setahun sebelumnya, tapi juga dengan amalan menyantuni anak yatim yang dijanjikan pahala besar di akhirat,” imbuh Kusnanto.

Ia menambahkan, hari Asyura juga diperingati sebagai hari penyelamatan Nabi Musa AS dari kejaran Firaun, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surah Asy-Syarh ayat 8. Momentum ini dimaknai sebagai ajakan untuk mensyukuri nikmat dan memperbanyak amal kebaikan.

Dalam ajaran Islam, anak yatim memiliki kedudukan istimewa. Surah Ad-Dhuha ayat 9 secara tegas memerintahkan agar anak yatim tidak ditelantarkan. Rasulullah sendiri dikenal sangat menyayangi anak yatim, menjadikan mereka bagian dari kehidupan umat yang penuh kasih.

Tradisi Lebaran Anak Yatim yang tersebar luas di seluruh Indonesia merupakan cermin hidup dari nilai-nilai itu. Ia mempertemukan aspek spiritual, sosial, dan budaya dalam satu ruang yang menyatukan: kepedulian.

Langkah IPARASTU dan Baznas Blora menjadi bukti bahwa kolaborasi masyarakat sipil dan lembaga zakat bisa menjadi solusi nyata di tengah persoalan sosial yang kompleks. Bukan sekadar memberi, tapi menghadirkan rasa aman, dihargai, dan dicintai.

“Ini bukan hanya soal santunan. Ini adalah pendidikan empati, pelestarian nilai keislaman, dan penegasan bahwa anak-anak yatim tidak sendiri,”kata Kusnanto.

Momen 10 Muharram tahun ini bukan sekadar pengingat sejarah, melainkan panggilan moral untuk terus menebar cinta dan harapan. Dari Blora, gema kasih sayang itu mengalir—menembus batas waktu dan ruang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan