BLORA, SULAWESION.COM — Komitmen kuat Pemerintah Kabupaten Blora dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Blora. Kolaborasi strategis ini bertujuan mengembangkan sistem pertanian organik di seluruh wilayah kabupaten.
Penandatanganan kerja sama berlangsung pada Selasa (15/7/2025) di Gedung Pengurus Cabang NU Jawa Tengah, Semarang, antara Bupati Blora, Arief Rohman, dan Ketua PCNU Blora, Fatah. Acara ini turut disaksikan oleh Rois Syuriah NU Jawa Tengah, Ubaidullah Shodaqoh, serta Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, Abdul Ghofar Rozin.
Hadir pula seluruh camat, kepala dinas, dan Ketua MWCNU dari 16 kecamatan di Blora, menandai keseriusan pemerintah daerah dalam mewujudkan transformasi sektor pertanian lokal menuju sistem yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan bernilai ekonomi tinggi.
Bupati Arief Rohman menyebut bahwa Blora memiliki potensi luar biasa di sektor pertanian dan peternakan. Kabupaten ini merupakan penghasil padi terbesar ke-6 di Jawa Tengah dan penghasil jagung terbesar kedua setelah Grobogan. Di bidang peternakan, Blora dikenal dengan populasi sapi yang tinggi, yang mendukung ketersediaan bahan baku pupuk organik.
“Melihat potensi ini, kita ingin NU dan pemerintah bersinergi. Ulama dan umara bersatu. Setiap kecamatan akan memiliki demplot pertanian organik sebagai percontohan,” tegas Bupati yang akrab disapa Gus Arief.
Ia menekankan pentingnya gerak cepat dan konkret, meminta para camat untuk segera mendata desa yang siap menjalankan program tersebut. “Minimal ada satu desa per kecamatan yang menjadi percontohan. Kalau bisa, kita langsung mulai dari pelatihan petani,” ujarnya.
Ketua PCNU Blora, HM Fatah, menyatakan kesiapan penuh untuk mengawal kerja sama ini. Ia akan mengoptimalkan peran Lembaga Pengembangan Pertanian PCNU Blora dengan dukungan dari PWNU Jawa Tengah dan para ulama.
“Kami siap menjadi bagian dari perubahan besar ini. Dengan arahan Bupati dan para kyai, insya Allah Blora bisa menjadi pelopor pertanian organik di Jawa Tengah,” ujarnya.
Ketua PWNU Jateng, KH Abdul Ghofar Rozin, mengapresiasi inisiatif yang digagas Bupati Blora. Ia meyakini program ini bukan hanya mampu meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga membantu mengatasi persoalan gizi, kemiskinan, hingga pengangguran.
“Kerja sama ini sudah dimulai dari inisiatif yang baik. PWNU percaya program ini akan sustain, berdampak nyata, dan bisa menjadi model nasional,” ungkapnya.
Dengan target menjadikan Blora sebagai Kabupaten Organik, pemerintah daerah berharap program ini bisa meluas ke 295 desa/kelurahan. Bupati Arief juga menggandeng akademisi seperti Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) yang memiliki fakultas pertanian untuk mendukung dari sisi sumber daya manusia.
Dukungan juga datang dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Kepala dinas, Defransisco Dasilva Tavares, menegaskan bahwa pihaknya siap mendampingi proses transisi menuju pertanian organik di Blora.
“Bupati Blora sudah memberi contoh dan memimpin langsung inisiatif ini. Kami dari provinsi siap mendampingi, agar Blora benar-benar bisa mewujudkan mimpi besar sebagai kabupaten organik,” tegasnya.
Dengan landasan komitmen, potensi alam, dan kekuatan kolaborasi, Blora bersiap membuka lembaran baru dalam sejarah pertanian Jawa Tengah. Kabupaten Organik bukan sekadar mimpi melainkan agenda nyata yang tengah dibangun bersama.







