Buku ini hadir untuk mengangkat kiat-kiat sukses JK membangun Kalla Group. Kesuksesan bisnis JK dan keluarganya ternyata bukan karena tuntutan duniawi semata. Di sana terdapat nilai-nilai spiritual yang menjadi pondasi sekaligus tujuan kesuksesan yang diwariskan dari sejak kepemimpinan ayahnya Haji Kalla.
Dipadukan dengan nilai-nilai profesionalisme dan kebijaksanaan yang lahir dari kearifan budaya lokal Bugis-Makassar. Nilai-nilai itu dirawat oleh JK dalam menunaikan setiap lini kehidupan yang digelutinya.
Paradigma AGIL
Talcott Parsons adalah seorang professor Sosiologi pertama di Harvard University (1930) yang dinilai sebagai sosiolog paling berpengaruh di dunia pada abad Ke-20. Teorinya banyak dirujuk untuk menilai maju mundurnya satu peradaban, satu bangsa, atau satu masyarakat. Teori ini dapat juga dipakai untuk menilai maju mundurnya satu perusahaan.
Parsons berpandangan bahwa: “To survive or maintain equilibrium with respect to its environment, any system must to some degree adapt to that environment (adaptation), attain its goals (goal attainment), integrate its components (integration), and maintain its latent pattern (latency pattern maintenance), a sort of cultural template.” Pandangan ini dikenal dengan istilah Paradigma AGIL.
Dengan paradigma ini menarik ditelaah beragam rahasia dari segala kesuksesan Kalla Group dalam perjalanannya selama lebih tujuh dekade, dan kesuksesan JK dalam mengemban tugas di pemerintahan, di politik, di dunia bisnis dan di masyarakat dan urusan kemanusiaan.
Pertama, kemampuan beradaptasi. JK sebagai seorang pebisnis yang memegang teguh prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas, dan produktivitas terlihat begitu mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya dengan cepat.
Dalam setiap proses improvement yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas, JK selalu menggunakan tahapan-tahapan berikut: