Kedua, adalah kemampuan menentukan tujuan yang hendak dicapai (goal attainment). Negeri ini patut mencatat dengan tinta emasnya atas segala terobosan yang telah dilakukan oleh JK pada era pemerintahannya, baik sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian di era Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2000), Menko Kesra di era Presiden Megawati Soekarnoputri (2001-2004), Wakil Presiden RI ke-10 (2004-2009) berpasangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden RI ke-12 berpasangan dengan Presiden Joko Widodo (2014-2019).
Dengan peran itu, JK terlihat mewariskan beragam legacy, karya monumental bagi negeri ini, antara lain: telah berhasil mengkonversi penggunaan minyak tanah ke gas yang secara nyata telah dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, dan pada 2017 BI menyebutkan bahwa dengan konversi itu, negara telah berhemat Rp 197 triliun;
Telah mengharumkan nama bangsa dan mensejahterakan warga miskin NTT dengan mengantar terpilihnya Pulau Komodo, sebagai salah satu dari tujuh keajaiban warisan alam dunia dalam ajang pemilihan The New 7 World Wonders of Nature yang amat kompetitif di fora internasional (2013).
JK juga telah berhasil menghentikan dan menyelesaikan konflik bermotif agama di Ambon dan Poso melalui mekanisme kesepakatan Malino I dan Malino II, dan yang paling monumental adalah mewujudkan Aceh damai yang telah dilanda konflik selama tiga puluh tahun selama era Orde Baru, dengan tidak kurang 50.000 korban jiwa baik dari unsur TNI, Polri, dan GAM maupun dari rakyat yang tidak berdosa atau rata-rata 4-5 orang meninggal sia-sia setiap hari selama 30 tahun.
Jika dihitung sejak dicapainya kesepakatan damai 15 Agustus 2005 hingga hari ini 17 Desember 2022, kesepakatan itu telah menyelamatkan sekitar 31.025 jiwa dan mencegah kerugian ekonomi yang tidak terbayangkan besarnya.
Kosovo saja, dalam laporan NATO, meski jumlah penduduknya hanya 1,8 juta atau 1/3 dari jumlah penduduk Aceh tapi konfliknya membawa kerugian ekonomi negaranya sekitar 100 juta USD sehari atau sekitar Rp 1,5 trilun sehari.
JK dalam menunaikan pengabdiannya di pemerintahan atau di mana saja, ia terlihat dituntun oleh ikhtiar dan sasaran yang jelas yang hendak diwujudkan.
Ketiga, adalah kemampuan menyatukan beragam komponen yang berbeda secara harmonis (integration). Kemampuan mempersatukan itu terlihat diwarisi dari ayahnya Haji Kalla. Sebagai contoh, ketika mendirikan NV Hadji Kalla Trading Company pada tahun 1952 di Makassar, Haji Kalla terlihat amat inklusif. Bahkan Haji Kalla merekrut seorang Tionghoa yang pernah bekerja di perusahaan Belanda sebagai general manager, sementara para staf lain berasal dari putra putri setempat, Bone dan Makassar.