Respons Krisis Pertanian Berbasis C3, Blora Gerak Cepat Atasi Serangan Hama dan Tanah Asam

Kepala DP4 Blora, Ngaliman

BLORA,SULAWESION.COM- Pemerintah Kabupaten Blora melalui Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (DP4) menunjukkan langkah progresif dalam mengatasi krisis pertanian yang terjadi di wilayahnya.

Dengan mengedepankan budaya kerja C3 (Cepat Tanggap, Cepat Tindak, dan Cepat Lapor), DP4 Blora memberikan respons kilat atas laporan kerusakan tanaman yang dialami petani di Desa Sendangwungu, Kecamatan Banjarejo.

Bacaan Lainnya

Kepala DP4 Blora, Ngaliman, SP., MMA., menjelaskan bahwa C3 bukan sekadar jargon, melainkan sistem kerja yang wajib diterapkan seluruh jajarannya.

“Budaya C3 merupakan harga mati untuk menjamin pelayanan maksimal kepada petani dan mempercepat solusi lapangan,” tegasnya, Kamis 17 Juli 2025.

Langkah cepat ini dimulai ketika salah satu anggota Kelompok Tani Makarti Mulyo melaporkan pertumbuhan tanaman padi yang tidak normal, yang belakangan diketahui disebabkan oleh tingkat keasaman tanah ekstrem, mencapai pH 3,5. Selain itu, ditemukan pula serangan hama penggerek batang padi dan wereng batang coklat.

Menyikapi hal itu, DP4 segera melakukan koordinasi lintas sektor, termasuk dengan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) Kabupaten Pati.

Pemeriksaan langsung di lapangan pada 15 Juli 2025 menemukan bahwa serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) berada dalam kategori ringan hingga sedang, dengan populasi penggerek batang sebesar 0,4 KT/m² dan wereng batang coklat sebanyak 0,43 ekor per rumpun.

Gerakan pengendalian pun segera digelar di area seluas 4 hektare, dengan menggunakan dua jenis pestisida: Spontan 400 SL (dimehipo) dan Abuki 50 SL (imidakloprit).

Aksi ini dipimpin Koordinator BPP Banjarejo dan melibatkan penyuluh lapangan (PPL), petugas pengendali OPT, serta seluruh anggota kelompok tani Makarti Mulyo.

Ketua kelompok tani, Dedy Budiarto, menyampaikan apresiasi atas kesigapan pemerintah.

“Kami sangat berterima kasih atas respon cepat dan bantuan penuh dari DP4 Blora dan LPHP. Ini sangat membantu petani,” katanya.

Tak hanya itu, upaya penyelamatan pertanian Blora juga mendapatkan dukungan dari pelaku teknologi pupuk nasional.

Joko Riyadi, produsen pupuk organik nano asal Bali, menyatakan kesiapannya bermitra dengan petani Blora untuk mengatasi persoalan keasaman tanah yang mengancam produktivitas.

“Pupuk kami mengandung pengurai residu kimia, humus, unsur hara makro-mikro, dan mikroba unggulan. Ini sudah terbukti mampu menetralisir keasaman tanah dan meningkatkan hasil panen di banyak daerah,” ujar Joko.

Kasus di Blora ini menjadi contoh sukses sinergi cepat antara pemerintah, petani, dan pelaku teknologi dalam menjaga ketahanan pangan daerah. Dengan model kerja responsif seperti C3, Blora menegaskan diri sebagai daerah yang tanggap krisis dan siap menjadi role model nasional di sektor pertanian.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan