Tangkal Hoaks, Kesbangpol Blora Libatkan PWRI Rawat Toleransi dan Kebangsaan di Era Digital

Kepala Bakesbangpol Blora, Sujianto, SE., M.M, Ketua PWRI Kabupaten Blora, Ir. H. Bambang Sulistya, M.MA dan H. Soedadyo, SH.

BLORA,SULAWESION.COM- Di tengah derasnya arus informasi digital dan maraknya penyebaran hoaks, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Blora menggandeng Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) untuk menjadi motor penggerak literasi digital dan penjaga nilai-nilai kebangsaan di kalangan masyarakat.

Langkah tersebut diwujudkan melalui sarasehan kebangsaan bertema “Peran PWRI dalam Membangun Budaya Digital yang Beretika dan Berwawasan Kebangsaan” yang digelar di resto D’Joglo Blora, Selasa 28 Oktober 2025.

Bacaan Lainnya

Kepala Bakesbangpol Blora, Sujianto, menegaskan kegiatan ini tidak sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga menjadi wahana untuk memperkuat kapasitas ormas PWRI agar berperan aktif dalam pembangunan daerah di era digital.

“PWRI beranggotakan para tokoh masyarakat yang memiliki pengalaman dan keteladanan. Mereka kami harapkan menjadi penggerak literasi digital yang menebarkan nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat semangat toleransi,” ujar Sujianto.

Ia menambahkan, di tengah derasnya arus informasi dan potensi penyebaran disinformasi, peran kalangan wredatama sangat dibutuhkan sebagai teladan dalam menggunakan media digital secara santun, beretika, dan bijak.

“PWRI bisa menjadi penyejuk di ruang publik, meneguhkan nilai-nilai Pancasila, serta menjaga kerukunan di tengah masyarakat,” imbuhnya.

Ketua PWRI Kabupaten Blora, Bambang Sulistya dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi kepada Bakesbangpol atas dukungannya dalam peningkatan kapasitas anggota PWRI, khususnya dalam hal literasi digital.

“Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat, terutama bagi generasi lansia. Berdasarkan berbagai survei, lebih dari 70 persen lansia masih mudah percaya terhadap berita hoaks yang beredar di media sosial,” ungkapnya.

Menurut Bambang, era digital menuntut kemampuan berpikir kritis. Ia mengajak seluruh anggota PWRI untuk menerapkan metode ABCD dalam memilah informasi:

A – Amati judul dan pesan berita,

B – Baca utuh isinya,

C – Cek faktanya, dan

D – Diskusikan dengan pihak berkompeten.

Selain itu, Bambang juga mengingatkan pentingnya membedakan fakta dan opini, serta tidak mudah terpengaruh framing yang bisa memanipulasi emosi publik.

Dalam sarasehan yang berlangsung hangat itu, para peserta juga mendapat pencerahan tentang cara menciptakan hidup bahagia dan sehat di usia senja.

Bambang memaparkan lima ikhtiar penting, pertama Menjaga pola hidup sehat dan menghindari kebiasaan buruk.

Mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aktif bersilaturahmi. Belajar dan berjuang menjadi pribadi bermanfaat. Rajin beribadah dan bersedekah.

Kegiatan diakhiri dengan sesi pencerahan oleh Soedadyo bertema “Menghindari Pikun di Usia Lanjut”, serta ditutup dengan yel-yel semangat “Lansia A5” Awak Sehat, Ati Seneng, Awet Urip, Ana Gunane, dan Ajek Ibadahnya.

Suasana sarasehan semakin hangat dengan hiburan musik nostalgia, menghadirkan penyanyi solo yang membawakan lagu-lagu kenangan seperti “Katakan Sejujurnya” milik Christine Panjaitan dan “Nemen” dari Gilga Sahid, menambah keceriaan para peserta.

Melalui kegiatan ini, Bakesbangpol Blora berharap PWRI tidak hanya menjadi wadah silaturahmi para purna tugas, tetapi juga garda moral yang meneguhkan nilai-nilai kebangsaan dan kebijaksanaan digital di tengah masyarakat.

“Transformasi digital tidak boleh mengikis nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Justru harus menjadi sarana memperkuat persatuan,” kata Sujianto.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan