MANADO,SULAWESION.COM-Pergantian kepemimpinan di tubuh PDI Perjuangan Sulawesi Utara tengah memasuki babak baru. Keputusan Bendahara Umum DPP PDI Perjuangan Olly Dondokambey untuk meletakkan jabatan Ketua DPD Sulut merupakan langkah penting dalam menjaga marwah partai sesuai amanat AD/ART serta hasil Kongres VI. Regulasi tegas melarang rangkap jabatan, dan Olly menunjukkan sikap kenegarawanan dengan tunduk pada aturan internal partai.
Kini, perhatian publik dan kader PDI Perjuangan tertuju pada siapa yang akan mengisi posisi strategis tersebut. Sejumlah nama beredar: Steven Kandouw yang dipercaya sebagai Plt, Joune Ganda dengan jejaring nasionalnya, Andre Angouw sang technocrat politisi berlatar belakang pengusaha, Robby Dondokambey dan James Sumendap dengan basis massa kuat, hingga politisi muda yang tengah naik daun, Rio Dondokambey. Masing-masing memiliki modal politik, jaringan, dan rekam jejak yang tidak bisa dianggap remeh.

Di tengah dinamika itu, muncul pula sorotan ke Minahasa Tenggara. Ronald Kandoli, Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulut sekaligus Bupati Minahasa Tenggara, diusulkan untuk menahkodai DPC PDI Perjuangan Mitra. Usulan ini menarik karena memperlihatkan bagaimana partai mendorong kader yang memiliki pengalaman birokrasi sekaligus rekam jejak kepartaian untuk menempati posisi strategis di daerah.
Ronald Kandoli bukan figur baru. Kehadirannya dalam percaturan politik Sulut selalu diperhitungkan. Dengan basis elektoral yang kuat di Mitra, serta pengalaman kepemimpinan sebagai kepala daerah, ia dianggap mampu mengonsolidasikan struktur partai di tingkat kabupaten. Jika dipercaya memimpin DPC Mitra, hal itu bisa memperkuat mesin partai menjelang agenda politik besar, terutama menghadapi Pilkada dan Pemilu mendatang.
Namun, suksesi di tubuh PDI Perjuangan Sulut bukan sekadar soal siapa yang dipilih, melainkan bagaimana menjaga soliditas internal. Persaingan sehat antar-kader adalah hal yang lumrah, tapi partai ini punya tradisi kuat dalam menegakkan disiplin organisasi. Ketika AD/ART dijadikan acuan, maka keputusan akhirnya selalu mengutamakan kepentingan partai di atas kepentingan pribadi.
Pertanyaannya: apakah dinamika ini akan melahirkan figur kompromi, atau justru membuka ruang bagi regenerasi politik di Sulut? Yang jelas, nama-nama besar telah mencuat, dan Ronald Kandoli dengan peluangnya di Mitra memperlihatkan bahwa PDI Perjuangan masih memiliki stok kader yang melimpah.
Kita tinggal menunggu bagaimana konsolidasi internal berjalan dalam beberapa hari ke depan. Satu hal yang pasti, partai berlambang banteng moncong putih ini sedang menata barisan untuk memastikan eksistensi dan dominasi politiknya di bumi Nyiur Melambai tetap kokoh.







