BOLMUT,SULAWESION.COM– Sore itu, beberapa warga di desa Bolangitang II, Kecamatan Bolangitang Barat, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tampak melakukan kerja bakti mencegah abrasi pantai, Senin 10 November 2025.
Mereka terlihat mengisi karung dengan pasir. Ada yang mengisi dengan alat sekop. Ada yang menyusun karung berisi pasir. Mereka terlihat bersama-sama mencegah abrasi.
Mereka terlihat mengisi karung dengan pasir. Ada yang mengisi dengan alat sekop. Ada yang menyusun karung berisi pasir. Mereka terlihat bersama-sama mencegah abrasi.
Abrasi pantai yang terjadi di dusun III, desa Bolangitang II sudah lama berlangsung dalam beberapa tahun terakhir.
Usulan melalui musrenbang terus disampaikan. Bahkan beberapa warga menyebut sudah beberapa kali ada yang datang mengukur. Akan tetapi sampai saat ini hanya sampai dipersoalan mengukur.
Felmawati salah satu warga Bolangitang II yang rumahnya semakin dekat terkena dampak abrasi mengatakan pemerintah daerah telah menyalurkan karung. Totalnya ada 500 karung. Tetapi dibagi. Ia mendapatkan 400 karung.
Didampingi suaminya, Felmawati mengatakan abrasi ini semakin parah dalam dua tahun terakhir. Pohon kelapa roboh. Bahkan kebun yang ia tanam beberapa tanaman sudah hilang akibat abrasi.

“Pohon kelapa yang hidup beberapa tahun dan bahkan sudah berbuah. Roboh hanya satu dua hari,”katanya.
Sebelum mendapat bantuan karung, ia menyediakan karung sendiri yang mencapai 70 karung. Dirinya berharap ada tanggul penahan abrasi di wilayahnya.
Menurutnya, abrasi saat ini sudah sering terjadi dalam setahun terakhir ini. Apalagi ini belum bulan Desember.
Daratan Busisingo Utara Terancam Tenggelam Lebih Cepat
Sabtu 15 November 2025, Meddia ini berkunjung ke pantai desa Busisingo Utara, Kecamatan Sangkub, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut).
Saat tiba di pantai sekitar pukul 11.25 WITA disuguhkan dengan pemandangan yang mengejutkan.
Pohon kelapa yang roboh, batang kelapa yang telah ditebang hingga pohon kelapa yang tinggal menunggu waktu kapan akan roboh terlihat. Semuanya akibat dampak abrasi.
Bukan hanya itu, jalan yang dibangun dan diaspal telah ‘dimakan’ air laut akibat dampak abrasi. Ada sekitar empat meter jalan yang rusak akibat abrasi.
Menurut warga ketika diwawancarai pada tahun 2019 situasi pantai tidak seperti ini. Ia masih melihat beberapa pohon kelapa berjejer. Jika tidak salah tiga pohon kelapa berjejer kedepan. Tapi sekarang telah hilang.

Selang beberapa menit, saya-pun diajak warga Busisingo Utara untuk melihat lokasi-lokasi abrasi. Termasuk yang dekat dengan sawah warga.
Disini saya bertemu kepala desa (sangadi) Busisingo Utara Syahrir Hassan. Menurutnya, Busisingo Utara bakal tenggelam dalam lima tahun kedepan. Jika melihat dampak abrasi saat ini.
Fenomena ini terus terjadi setiap tahun. Apalagi dimulai dari bulan November hingga beberapa bulan kedepan. Banyak pohon kelapa warga yang hilang akibat abrasi.
“Bahkan ada yang sudah menebang duluan kelapanya sebelum terkena abrasi,”kata sangadi.
Dirinya bercerita dulu pantai ini sering dimanfaatkan untuk bermain sepakbola. Tapi sekarang sudah hilang karena abrasi.
Soal abrasi, selalu pihaknya sampaikan dalam musrenbang dan reses-reses anggota DPRD.
“Sejak saya menjabat periode pertama saya selalu usulkan,”kata Hassan.
Bahkan ia menyebut bakal ada dua jembatan di Busisingo Utara. Pasalnya problem lain yang dihadapi Busisingo Utara adalah abrasi akibat air sungai.
Hassan semakin khawatir soal dampak abrasi ini. Apalagi terkait dengan wilayah di desanya yang bakal cepat hilang daratan.
Apeng Sembeka Hadapi Masalah Utama Banjir Pesisir
Kepala desa Apeng Sembeka Yohanes Luminuhe berujar, salah satu masalah utama di desanya adalah bagaimana menghadapi banjir pesisir (banjir rob). Yang hampir setiap tahun selalu terjadi di desanya.
Walau katanya, sejauh ini belum ada korban jiwa, tapi banjir pesisir ini hingga ke pemukiman warga. Bahkan sampai masuk dalam rumah. Termasuk rumahnya pak sekdes.
“Anaknya pak sekdes, bahkan sering bermain air dalam rumah akibat banjir pesisir ini,”katanya.
Banjir pesisir akan lebih parah lagi jika bersamaan dengan hujan yang intensitas tinggi yang mengakibatkan air sungai meluap. Banyak rumah warga yang terendam. Sampai puluhan Kepala Keluarga (KK).

Sampai saat ini, katanya ia terus berpikir bagaimana menangani masalah ini. Beberapa tahun hingga saat ini, melalui dana desa ia membangun tanggul pemecah/penahan ombak. Yang juga memperkecil dampak banjir pesisir. Sebelumnya ada.
Soal banjir pesisir di desanya selalu ia sampaikan di Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) agar menjadi perhatian.
Bahkan, sebelumnya juga pernah dilihat langsung oleh salah satu pejabat yang ada di Kabupaten Bolmut. Beberapa usulan program ia telah sampaikan terkait pembangunan di desanya.
Bukan hanya banjir pesisir, terkadang kata warga Apeng Sembeka air sering masuk hingga ke halaman rumah akibat ombak yang tinggi.
Pemerintah dan Masyarakat Harus Belajar Dari Pengalaman
Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Kependudukan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Gusti Ayu Ketut Surtiari,
menyampaikan perlu ada pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang dampak perubahan iklim yaitu adanya potensi risiko kenaikan muka air laut dan peningkatan arus gelombang laut.
“Dampak lainnya adalah terjadinya intrusi air laut. Akibatnya adalah akan meningkat terjadinya banjir rob yang semakin parah dan abrasi yang membahayakan penduduk yang tinggal di sepanjang pesisir,”ujarnya.
Ayu Surtiari yang mendalami kajian terkait dengan adaptasi perubahan iklim, ketahanan masyarakat pesisir perkotaan dan juga ketahanan masyarakat pulau-pulau kecil menambahkan intrusi air laut juga dapat mempengaruhi tidak hanya kualitas air bersih untuk keperluan penduduk pesisir tetapi juga dapat mengancam petani tambak yang memanfaatkan air payau untuk tambak ikan.
“Pemahaman yang tepat akan mengantarkan pada strategi adaptasi yang lebih tepat,”katanya kepada media ini.
Selain pengetahuan dan pemahaman yang tepat, pemerintah dan masyarakat juga harus belajar dari pengalaman (social learning).

Banjir yang terjadi bukan hal yang baru. Banjir sudah terjadi secara berulang namun menjadi lebih intens dan lebih sering dengan dampak yang lebih parah dalam beberapa tahun belakangan ini.
“Pembelajaran yang dimaksud adalah melakukan evaluasi atas strategi yang sudah dilakukan selama ini. Apakah upaya mitigasi sudah dilakukan dengan dampak jangka panjang atau masih bersifat reaktif jangka pendek,”jelasnya.
Jika jangka pendek, maka kejadian berulang di masa mendatang akan terjadi lagi karena potensi dampak perubahan iklim di masa mendatang akan terus meningkat.
Kelompok yang lemah memerlukan bantuan dan dukungan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
Karena kelompok yang lemah adalah kelompok yang paling terpengaruh namun memiliki kapasitas yang paling terbatas.
Oleh karena itu, kata Ayu, ketika harus menanggung dampak perubahan iklim, mereka menjadi lebih kewalahan.
“Pemerintah dapat bekerja sama dengan sektor swasta untuk upaya pengurangan bencana banjir dan adaptasi, misalnya dapat menanam tanaman penahan air sesuai dengan kondisi tanah pesisir. Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, karena adaptasi perubahan iklim memerlukan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta serta pihak lain,”ungkapnya.
Selain itu perlu kerjasama berbagai pihak termasuk swasta untuk membangun ketahanan pesisir yang terdiri dari pembangunan infrastruktur pelindung kawasan pesisir, regulasi untuk pemanfaatan kawasan pesisir.
“Mulai mempertimbangkan solusi berbasis alam seperti penanaman mangrove atau tanaman pelindung sesuai dengan karakteristik lokasi setempat,”jelasnya.
Pemkab Usulkan Proposal Pembangunan Tanggul
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bolmut Sofianto Ponongoa mengatakan saat ini pihaknya segera mengusulkan proposal pembangungan tanggul penahan abrasi dan banjir pesisir di tujuh desa.
“Diantaranya ada Bolangitang II dan Busisingo Utara,”ujarnya.
Dalam poposal tersebut anggarannya mencapai Rp115 Miliar. Dalam usulan proposal tersebut ditujukan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ponongoa menambahkan, usulan tersebut juga tentu melalui kerjasama dengan BPBD Provinsi Sulut dan Balai Wilayah Sungai (BWS).
Berikut Usulan Pembangunan Tanggul Penahan Abrasi dan Banjir Pesisir di Bolmut
Desa Bolangitang II: 800 Meter
Desa Binjeita II: 400 Meter
Sampiro: 800 Meter
Tuntung Timur: 1,1 Kilomter
Busisingo Utara: 1 Kilometer
Apeng Sembeka: 172 Meter
Boroko: 255 Meter
Sumber: BPBD Bolmut







