BOLMUT,SULAWESION.COM– Setiap tanggal 24 September diperingati sebagai hari tani nasional. Hal ini bertujuan untuk mengingat pentingnya peran petani dalam menjaga roda ekonomi, pangan, dan kesejahteraan bangsa.
Selain itu peringatan hari tani nasional menjadi momentum penting untuk memperjuangkan kesejahteraan petani. Namun beragam tantangan dihadapi petani di Indonesia.
Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) sendiri petani diperhadapkan dengan sejumlah masalah yang perlu mendapat perhatian.
Irjal Ismail (37), Petani asal desa Bohabak IV, Kecamatan Bolangitang Timur yang masih konsisten menanam padi ladang.
Bagi Irjal menanam padi sangat penting. Karena kebutuhan makan yaitu beras. Sehingga ia tetap menyediakan lahannya untuk menanam padi.
Produksi Kakao di Bolmut Alami Penurunan
Disinggung Wabup di Apel, Segini Produksi Kelapa di Bolmut Dalam Lima Tahun Terakhir
DATA: Tren Penurunan Luas Panen dan Produksi Padi di Bolmut
Petani Padi Milenial ala Bolmut
“Bahkan bibit yang saya gunakan saat ini merupakan bibit turun temurun dari orang tua, yaitu bibit yenti,” ujarnya.
Dirinya berharap ada perhatian khusus kepada mereka.
“Termasuk bantuan bibit, pupuk hingga perbaikan jalan pertanian. Selain itu kami tetap butuh bimbingan pengetahuan soal pertanian padi,” katanya.
Zulhijah Dotinggulo (42) ayah dua anak ini menuturkan sarana dan prasarana disektor pertanian sangatlah penting saat ini dalam menunjang dan meningkatkan produksi padi.

Petani asal desa Binuanga, Kecamatan Bolangitang Timur menambahkan banjir yang melanda desanya pada 2020 mengakibatkan irigasi rusak.
“Pertanian padi sangat diperlukan saat ini untuk kebutuhan pangan. Dulu desanya banyak yang mengelola padi tapi saat ini sudah jarang,”katanya.
Masalah Yang Dihadapi Petani
Kepala Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluh Dinas Pertanian Bolmut Syarifuddin beragam masalah yang dihadapi oleh petani adalah soal produksi hasil pertanian.
Dirinya mencontohkan soal produksi padi di Bolmut yang masih perlu ditingkatkan. Sehingga pentingnya benih yang berkualitas dalam meningkatkan produksi padi.
“Kesejahteraan petani padi tentu salah satunya kita berbicara soal produksi pertanian. Dan kaitannya dengan benih,”ujarnya.
Soal benih, pemerintah daerah telah bekerjasama dengan IPB. Setelah diuji coba hasil benih IPB peningkatan produksi padi tinggi. Sehingga ini perlu menjadi perhatian kedepan, kolaborasi sangat penting baik dari pemerintah, perguruan tinggi, swasta dan petani.
Pentingnya Teknologi Pertanian Dalam Meningkatkan Produksi Padi di Bolmut
Ironi di Bolmut, Produksi Beras Naik Tapi ‘Ketergantungan’ Dari Luar Daerah
Selanjutnya, ia menambahkan masalah yang dihadapi oleh petani di Bolmut persoalan pupuk. Hal ini juga perlu menjadi perhatian.
Tapi menurutnya, keterlibatan pemerintah desa terkait pupuk sangatlah penting. Melalui Permendag nomor 4 tahun 2023 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian pengecer bisa berasal dari badan usaha milik desa hingga koperasi.

Syarifuddin juga menuturkan masalah petani adalah soal pengairan yang tentu menjadi tantangan. Selain itu lembaga atau kelompok tani perlu mendapat perhatian keberadaannya.
Soal pengairan, berdasarkan data dalam roadmap percepatan pembangunan pertanian Kabupaten Bolmut tahun 2025-2045 yang disusun oleh pemkab Bolmut kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penggunaan lahan sawah di Bolmut sampai dengan Tahun 2023 terhitung seluas 4.394,09 ha yang terdiri dari lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah rawa pasang surut.
Selanjutnya sawah irigasi dengan presentase 74 persen atau sekitar kurang lebih seluas 3.343,34 ha dengan luasan sawah irigrasi terluas di Kecamatan Sangkub, yaitu 982,31 ha.
Sedangkan luas sawah tadah hujan kurang lebih 20 persen atau sekitar sebesar 920 ha yang tersebar merata di enam kecamatan, dengan luas sawah tadah hujan terluas di Kecamatan Sangkub.
Sehingga berdasarkan data diatas maka untuk dapat meningkat produksi pertanian khususnya tanaman pangan adalah dengan meningkatkan pengelolaan pengairan, terutama pada lahan yang masih tergantung pada pengairan hujan.

Luas lahan sawah yang mempunyai irigrasi teknis di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara seluas 2.498,96 ha.
Sedangkan luas lahan sawah yang mempunyai irigrasi non teknis seluas 995,85 ha dan ada kurang lebih 980.38 ha sawah tidak mempunyai irigrasi.
Dari 2.498,96 ha luas sawah yang mempunyai irigrasi teknis kurang lebih 372,21 ha mempunyai kualitas buruk sedangkan sisahnya atau 2.216,75 ha dengan kondisi irigrasi baik.
Sedangkan dari 995,85 ha sawah dengan irigrasi non teknis, terdapat 296,83 ha yang mempunyai kualitas irigrasi non teknis buruk dan 699.02 ha mempunyai kualitas baik.
Belenggu Petani Padi Bolmut di Tengah Perubahan Iklim
DATA: Tren Penurunan Luas Panen dan Produksi Padi di Bolmut
Belum lagi masalah perubahan iklim yang saat ini mulai dirasakan oleh petani di Kabupaten Bolmut yang berdampak pada hasil produksi pertanin.
Pemkab Bolmut Merilis NTP
Sebelumnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) kerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) di Bolmut pada Februari 2025 sebesar 114,43 persen.
NTP Februari 2025 mengalami peningkatan 4,03 persen dibandingkan Januari 2025 yaitu sebesar 109,99 persen.
Kenaikan NTP berbarengan dengan naiknya Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Februari 2025 sebesar 117,37 persen. Naik 3,17 persen dibandingkan Januari 2025 yaitu 113,77 persen.
Ada empat subsektor dari lima subsektor yang dipantau mengalami kenaikan pada Februari 2025.
Subsektor yang mengalami kenaikan diantaranya tanaman pangan sebesar 1,61 persen. Hortikultura 8,22 persen. Selanjutnya tanaman perkebunan rakyat 5,93 persen. Serta perikanan sebesar 0,67 persen.
Sementara itu, subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah peternakan. Dengan penurunan sebesar 0,20 persen.
Disisi lain BPS Sulut merilis Nilai Tukar Petani (NTP) di Sulut pada Agustus 2025 sebesar 131,41 persen.
NTP Agustus 2025 mengalami penurunan 2,60 persen dibandingkan Juli 2025 yaitu sebesar 134,92 persen.
Penurunan NTP disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani yang lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani.

Pada Agustus 2025, subsektor yang mengalami penurunan NTP adalah hortikultura dan peternakan. Sedangkan subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan mengalami kenaikan.
NTP sendiri merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.
NTP adalah salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.
Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengatakan NTP ini merupakan indikator penting dalam mengukur tingkat kesejahteraan petani.
“Mengingat besarnya jumlah masyarakat yang bergantung pada sektor pertanian,”ujarnya.
Pertanian Bolmut di 2045
Masih berdasarkan data dalam roadmap percepatan pembangunan pertanian Kabupaten Bolmut tahun 2025-2045 yang disusun oleh pemkab Bolmut kerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), luas lahan pertanian di Bolmut mencakup dua kategori utama yaitu.
Lahan tanaman pangan: sekitar 22.391 hektar, yang meliputi sawah dan ladang. Komoditas utama adalah padi, jagung, dan ubi-ubian.
Lahan Perkebunan: sekitar 14.434 hektar, dengan hasil utama berupa kelapa, cengkeh, dan pala. Total luas lahan yang digunakan untuk sektor pertanian adalah 36.825 hektar.
Dengan menjadikan Bolmut sebagai salah satu daerah penting untuk ketahanan pangan dan pengembangan perkebunan di Provinsi Sulawesi Utara.
Pada 2045, Kabupaten Bolmut diharapkan menjadi pusat pertanian pangan, hortikultura dan peternakan terpadu yang berdaya saing nasional dan internasional.
Meningkatnya kesejahteraan petani dan peternak melalui produktivitas, pendapatan dari akses pasar yang luas.
Selanjutnya keberlanjutan lingkungan terwujud dengan optimalisasi sumber daya dan praktik ramah lingkungan. Peningkatan kontribusi sektor pertanian dan peternakan terhadap PDRB daerah.







