Menjahit Dari Pasar ke Pasar di Bolmut

Ismail Saat Sedang Menjahit Sepatu di Pasar Boroko. (Foto Fandri Mamonto)

BOLMUT,SULAWESION.COM– Ismail yang sedang duduk dibangku kecil tampak fokus menatap sepatu yang dijahitnya saat itu. Secara perlahan-lahan dirinya memasukan jarum dan sinar ke sepatu yang dijahitnya.

Pagi itu, Selasa 21 Januari 2025, sekitar pukul 10.00 WITA di Pasar Boroko, Kecamatan Kaidipang. Ismail bersama dua rekannya sesama penjahit sol sepatu dan sendal tampak duduk diteras pasar Boroko, Kecamatan Kaidipang.

Bacaan Lainnya

Saat itu pasar ramai dengan suara para pedagang. Para pembeli berdatangan. Ada yang membeli kebutuhan sehari-hari. Seperti ikan, sayur dan beras. Ada pula yang membeli kebutuhan lainnya.

Sementara itu bagi Is nama panggilan Ismail sudah ada tiga pasang sepatu yang akan dijahitnya. Sebagai tukang jahit sepatu dan sendal, pasar menjadi lokasi favorit mereka untuk bekerja sebagai penjahit.

Ismail Saat Menjahit Sepatu. (Foto Fandri)

Walau tidak menentu pendapatannya dan terkadang sepi. Is tetap menjadikan pasar sebagai tujuannya dalam menawarkan jasa.

Sembari menjahit, Is berbagi cerita, menurutnya usaha ini sudah digeluti hampir 20 tahun. Pendapatannya tak menentu tapi bisa menghidupi.

“Ya, kadang kalau sekali turun di pasar bisa Rp100 sampai Rp150 ribu. Tergantung orang yang datang menyuruh menjahit sepatu atau sendal,”ujar warga desa Sonuo, Kecamatan Bolangitang Barat.

Rezeki yang didapat harus disyukuri. Apalagi kerja utamanya hanyalah sebagai tukang jahit sepatu atau sendal.

Menurutnya, dia mengunjungi pasar-pasar yang ada di enam Kecamatan di Bolmut. Dari Pinogaluman sampai Sangkub. Tapi kalau untuk Pinogaluman ia jarang kesana.

Ayah dua anak ini menambahkan ke pasar-pasar tersebut dirinya menumpang ke pedagang lain agar bisa sampai. Maklum ia tak memiliki kendaraan.

“Saat ini baru bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Tapi untuk beli kendaraan seperti motor belum mencukupi,”jelasnya.

Dirinya juga berharap kepada pemerintah ada program bantuan kepada para tukang jahit sepatu dan sendal. Berupa kas dan perlengkapan lainnya.

Kas milik Ismail Yang dibawahnya Saat Bekerja. (Foto Fandri Mamonto)

“Saya pernah lihat. Lengkap alatnya. Kalau yang saya pakai ini. Saya buat sendiri,”kata Is sambil tertawa.

Soal harga sekali jahit. Tak menentu. Tergantung sepatu dan sendalnya.

“Ya, biasanya sepasang ada yang Rp25 ribu. Tapi kembali lagi apakah sepatu atau sendalnya keras dijahit,”jelasnya.

Dirinya menambahkan biasanya bulan Ramadhan atau menjelang hari raya Idul Fitri banyak yang datang untuk menyuruh menjahit sepatu atau sendal.

“Pengalaman selama ini. Paling banyak dijahit sendal perempuan,”ungkapnya.

Diakhir cerita, Is mengatakan dirinya setiap pekan datang di pasar-pasar melakukan pekerjaan sebagai tukang jahit sepatu.

 

 

 

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *