JAKARTA,SULAWESION.COM– Perubahan iklim merupakan ancaman nyata yang secara historis telah terbukti membentuk hingga meruntuhkan peradaban manusia.
Hal ini disampaikan oleh Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan.
Sehingga dirinya menekankan, kemampuan sistem peringatan dini iklim saat ini menjadi kunci untuk mencegah terulangnya gejolak sosial akibat bencana hidrometeorologi.
Iklim memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan dan keberlangsungan peradaban.
“Peradaban manusia, khususnya Homo sapiens, berkembang di wilayah dengan suhu ideal 20–21 derajat Celcius dan akses air cukup,”ujarnya dalam Kuliah Praktisi bertajuk ‘Perubahan Iklim Sebagai Ancaman Nyata: Catatan Sejarah Peradaban dan Pandangan Masa Depan’ di Universitas Jember, Jawa Timur, Rabu 29 Oktober 2025 sebagaimana dilansir dari laman BMKG.
Menurutnya, secara kebetulan, banyak peradaban besar seperti Mesir dan Persia tumbuh di kawasan yang memenuhi dua syarat utama tersebut yaitu keseimbangan suhu dan ketersediaan air dari sungai-sungai besar.
Ia menjelaskan bagaimana dinamika iklim ekstrem di masa lalu menjadi faktor pendorong runtuhnya peradaban besar seperti Maya dan Tiahuanaco.
Ardhasena mencontohkan erupsi Gunung Tambora yang memicu fenomena “Years Without Summer” dan mengguncang sistem sosial dan ekonomi manusia.
Di sisi lain, ia turut menyinggung sejumlah kejadian besar abad ke-20 yang berkorelasi dengan fenomena El Niño, seperti kelaparan di Tiongkok (1957–1958), India (1972–1973), dan Ethiopia (1982–1983).
Dia menjelaskan pada masa lalu belum ada kemampuan deteksi dini terhadap anomali iklim yang bisa memicu gejolak sosial.
“Namun pada El Niño 2015–2016 gejolak tersebut tidak lagi terjadi, salah satunya karena BMKG telah memiliki sistem informasi dan peringatan dini yang semakin matang,” ujarnya.
Dalam konteks sejarah sosial, Ardhasena mengutip pemikiran Abu Zaid Abdurrahman (1377 M) yang dikenal sebagai Bapak Sosiologi dan telah mengaitkan antara kekeringan, kelaparan, konflik sosial, migrasi, dan wabah penyakit.







