MANADO, SULAWESION.COM – Pemuda memiliki peran strategis dalam menentukan arah bangsa ke depannya. Hal ini telah melekat secara historis pada bangsa Indonesia baik sebelum kemerdekaan yakni di bawah belenggu kolonialisme dan imperialisme, pasca kemerdekaan, era reformasi serta digitalisasi.
Tonggak penting kepemudaan yang semakin menggerus zaman membuka cakrawala perspektif, bahwa pemuda memiliki nilai yang tak terbatas di setiap eranya.
Hal ini selaras dengan pernyataan Sekretaris Provinsi Sulawesi Utara Steve Kepel mewakili sambutan Gubernur Olly Dondokambey pada pembukaan Sosialisasi dan Focus Group Discussion (FGD) tentang Penyusunan Rencana Aksi Daerah Lintas Sektoral Pelayanan Kepemudaan Provinsi Sulawesi Utara di Ruang CJ Rantung, Kantor Gubernur, Kota Manado, Selasa-Kamis (27-29/2/2024).
Dengan melibatkan pemuda pada penyusunan rencana aksi daerah, indeks pembangunan kepemudaan di Sulawesi Utara dapat meningkat.
“Semangat kepemudaan beranjak sejak masa kolonial, organisasi Budi Utomo adalah awal kebangkitan pemuda melawan apa yang disebut kemiskinan, keterpurukan dan ketidakberdayaan. Didirikan pada Mei 1908, bahwa bangsa kita harus bangkit melalui pendidikan. Pendidikan jalan utama menuju kesejahteraan masyarakat,” sebut Kepel.
Kemudian melalui sumpah pemuda menyatakan nilai politis bangsa Indonesia yaitu bangsa yang sama dengan eksistensi bangsa yang lain dan menjunjung tinggi persatuan.
Nilai politis kepemudaan melahirkan cita-cita luhur yakni penghapusan korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), Penegakan Hukum dan Amandemen Undang Undang Dasar 1945.
“Artinya keberadaan pemuda berevolusi di setiap keberadaaan bangsa kita,” ujar Kepel.
Menurutnya di era digitalisasi saat ini pemuda menghadapi tantangan dan hambatan, apalagi merebaknya ideologi Transnasional.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri era digitalisasi membawa nilai positif melalui tools-tools dan aplikasi di platform media sosial.
“Pemahaman ideologi Transnasional yang menghasut pemuda-pemuda kita. Tapi banyak peluang di era digitalisasi ini, itulah ekonomi digital misalnya unicorn, pembangunan marketplace,” jelas Kepel.
“Mereka memahami dan mengerti teknologi digital ini untuk bertransaksi, membuat market place baru, terjadi distribusi barang dan menghasilkan peluang ekonomi,” sambungnya.
Ia berharap di era digitalisasi peran pemuda khususnya di media sosial tidak menimbulkan dampak buruk penyebaran informasi palsu (hoax).
Informasi di media sosial harus disaring terlebih dahulu agar menciptakan arus informasi yang valid dan mampu dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Bagaimana jika memanfaatkan medial sosial sebagai media bersosialisasi, sebagai media informasi dan tidak menyebarkan hoax,” harapnya.