JPPR beber fenomena perilaku pemilih di Bitung (Dokumentasi Yaser)
BITUNG, SULAWESION.COM – Fenomena perbedaan pemilih di Pemilu 2024 terjadi di Sulawesi Utara (Sulut). Ketidaksesuaian dukungan menunjukkan perbedaan signifikan antara suara Pilpres dan Pileg.
Kota Bitung sendiri perbedaan perilaku pemilih ini cukup jelas terpampang di real count KPU.
Dari data yang dirangkum, Rabu (28/02/2024) malam, pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka unggul sementara dengan capaian suara ‘jumbo’ sebesar 72,23 persen.
Sementara itu, perolehan suara Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar ada diangka 9,75 persen dan Ganjar Pranowo – Mahfud MD 81.01 persen suara.
Baca Juga: Rekapitulasi Tingkat Kecamatan Molor di Bitung, JPPR Sebut Terlalu Cepat Juga Rawan
Meskipun begitu, potensi kemenangan besar Prabowo – Gibran di Bitung tidak berdapak signifikan kepada partai Gerindra dan partai pengusung lainnya di pemilihan legislatif (Pileg).
Di pemilihan legislatif justru PDI Perjuangan menang besar dengan capaian suara 32 persen. Gerindra sendiri 23,99 persen suara.
Menanggapi hal itu, Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Kota Bitung Arham Lakue menyebut, perbedaan suara Pilpres dan Pileg di Bitung merupakan suatu anomali split ticket voting yaitu sebuah perilaku pemilih yang memilih capres dan caleg dari partai berbeda.
“Split ticket voting ini seperti ada pemilih yang memilih capres nomor urut 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka tetapi, memilih calon legislatif (Caleg) dari partai lain seperti PDI Perjuangan,” katanya.
Hal itu, kata Arham, dapat terjadi karena pemilih mempertimbangkan banyak faktor. Salah satunya adalah kualitas individu antara capres dan caleg.
“Split ticket voting terjadi banyak faktor. Mesin partai juga sangat mempengaruhi pemilih-pemilih di daerah. Sehingga kencenderungan perbedaan pilihan terjadi,” tukasnya.