Perubahan Iklim Semakin Parah Ancaman bagi Kehidupan Global, Yayasan INKLUSI BaKTI Gelar Penguatan Kelompok Konstituen

MAROS,– Perubahan iklim semakin nyata dan membawa dampak besar bagi kehidupan di bumi. Peningkatan suhu global yang kini disebut sebagai global boiling menandakan situasi yang semakin ekstrem. Fenomena ini tak hanya menyebabkan bencana alam lebih sering terjadi, tetapi juga mempengaruhi kesehatan, ketahanan pangan, hingga kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok rentan.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam isu politik dan perubahan iklim, Yayasan BaKTI INKLUSI menggelar sebuah Pertemuan Penguatan Kelompok Konstituen.

Bacaan Lainnya

Kegiatan ini dihadiri puluhan perserta dari 3 desa di Kecamatan Bantimurung serta berbagai elemen masyarakat, termasuk dari perwakilan organisasi sipil, akademisi, serta aktivis lingkungan, di Warkop Alfayyad Rabu, (5/2/2025).

Salah satu pemateri, Victoria Cristine Ngantung menjelaskan, Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas. Gas ini memerangkap panas di atmosfer, menyebabkan suhu bumi terus meningkat. Dampaknya sudah terasa di berbagai aspek kehidupan, antara lain:

Permukaan laut naik, mengancam pemukiman di daerah pesisir, Kehilangan spesies flora dan fauna akibat perubahan ekosistem, Krisis kesehatan akibat meningkatnya penyakit terkait suhu panas dan Bertambahnya jumlah penduduk miskin, terutama perempuan dan anak-anak.

Menurut laporan terbaru, kata Victoria, kelompok rentan seperti perempuan, lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas menghadapi risiko lebih besar akibat perubahan iklim. Misalnya, perempuan lebih rentan terhadap kemiskinan dan kekerasan dalam kondisi lingkungan yang tidak stabil.

“Menghadapi ancaman ini, para ahli menekankan pentingnya upaya mitigasi dan adaptasi. Mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, seperti, Menghemat penggunaan listrik dan air, mengurangi limbah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), membatasi penggunaan plastik dan bahan berbahaya lainnya dan meningkatkan penghijauan dan penggunaan energi ramah lingkungan,” jelasnya.

Sementara itu, adaptasi dilakukan agar masyarakat lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim, seperti, Pengembangan sistem pertanian dan perikanan yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem, Peningkatan ketahanan pangan dan infrastruktur ramah iklim dan Pengelolaan sumber daya air dan pemukiman berbasis ekologi.

Ia juga mengajak para peserta dalam melakukan aksi nyata untuk Masa Depan

“Perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, tetapi sudah terjadi saat ini. Tanpa tindakan nyata, dampaknya akan semakin luas dan merugikan generasi mendatang. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengurangi emisi karbon serta menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *