Kasus DBD Meningkat di Bolmut, Bolangitang Timur Terbanyak

Tim Dinas Kesehatan Bolmut Saat Melakukan Foging belum lama ini. (Dok Dinkes Bolmut)

BOLMUT,SULAWESION.COM– Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) melonjak sejak awal Januari 2024.

Bacaan Lainnya

Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bolmut lonjakan kasus per 18 Januari 2024 mencapai 30 kasus sejak 1 Januari 2024. Dengan kasus terbanyak di puskesmas Biontong, Kecamatan Bolangitang Timur (Boltim) yang mencapai 17 kasus.

Dari 30 kasus tersebut, Kecamatan Boltim paling banyak kasus DBD yang mencapai 19 kasus. Disusul Kecamatan Bolangitang Barat 5 kasus. Kecamatan Pinogaluman dan Kaidipang masing-masing 3 kasus.

Untuk mencegah DBD, pemerintah Kabupaten Bolmut telah mengeluarkan surat edaran mewaspadai DBD.

Diantaranya memobilisasi masyarakat untuk gerakan serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M plus. Selanjutnya ada gerakan satu rumah, satu juru pemantau jentik.

Meningkatkan upaya surveilans kasus dan faktor resiko terhadap kejadian DBD. Meningkatkan kapasitas sumber daya kesehatan untuk pencegahan dan pengendalian DBD.

Kepala puskesmas Biontong Fitria Stion mengatakan pihaknya telah melakukan foging di wilayahnya.

“Dan kasus DBD sudah ditangani oleh puskesmas. Ada yang sudah dirujuk ke Rumah Sakit,”ujarnya.

Pentingnya Penerapan One Health

Dalam mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) pentingnya penerapan one health.

Hal ini diungkapkan oleh kepala dinas kesehatan Kabupaten Bolmut Aly Dumbela. Menurutnya butuh kolaborasi dalam mencegah penyakit DBD.

“Tentu harus ada kolaborasi,”ujar Dumbela saat ditanya terkait pendekatan one health dalam mencegah DBD di Bolmut.

Pada wawancara sebelumnya, Dumbela, menuturkan dalam mencegah penyakit dari hewan ke manusia, perlu adanya tim dan kolaborasi dari instasi terkait.

“Sejauh ini sebenarnya sudah ada tim, tapi diakui belum maksimal,” ujarnya saat diwawancarai pada Selasa, 10 Oktober 2023 terkait bagaimana mencegah penyakit Zoonosis yaitu penyakit dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.

Alexandra Tatgyana Suatan, dari Indonesia One Health University Network (INDOHUN) mengatakan konsep one health adalah strategi global untuk memperluas kolaborasi dan komunikasi interdisipliner.

“Dalam semua aspek pelayanan kesehatan bagi manusia, hewan dan lingkungan,” ujarnya.

Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), drh. Dedi Candra, menyampaikan one health merupakan sebuah pendekatan kolaboratif.

“Dan terintegrasi dengan memobilisasi sektor, disiplin ilmu dan komunitas terkait di berbagai tingkatan masyarakat melalui komunikasi, kordinasi, kolaborasi dan peningkatan kapasitas,”katanya.

Pakar zoonosis dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM dan Ketua One Health UGM, Prof. Wayan Tunas Artama, mengatakan pendekatan one health merupakan pendekatan terbaik untuk mencegah zoonosis.

Menurutnya, kelangsungan hidup hanya dapat dicapai melalui kebersamaan. Di mana kelangsungan hidup sistem apapun baik manusia dan non-manusia bergantung pada sistem yang mengelilinginya pada tingkat besar atau kecil.

“Implementasi one health untuk mengendalikan zoonosis sangatlah penting,” ungkapnya.

Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan, baik hewan liar, hewan ternak, maupun domestik (hewan peliharaan), ke manusia. Patogen yang ditularkan pun bisa berupa bakteri, virus, parasit, dan jamur.

Diketahui nyamuk aedes aegypti pembawa virus dague penyebab penyakit demam berdarah dengue.

Dilansir dari laman Sehatnegeriku Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk aedes betina saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia).

Yaitu dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah menghisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.

Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit.

Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakkan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.

DBD menyerang pembuluh darah yang menyebabkan indikator trombosit turun drastis. Kasus meninggalnya seseorang karena mengalami shock pembuluh darah.

Dalam mencegah DBD selama ini, kita mengenal Langkah ini biasa disebut dengan 3M plus, menguras tempat penampungan air.

Menutup tempat-tempat penampungan air. Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti.

Data Kemenkes pada 27 November 2022 menunjukkan kasus DBD periode 10 tahun terakhir mulai naik setiap bulan November, puncak kasus pada Februari, dan Maret – April mulai terjadi penurunan kasus. Siklus ini terjadi selama 10 tahun terkahir.

Dinas Pendidikan Bolmut Keluarkan Surat Edaran Tentang Mencegah DBD di Sekolah

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) mengeluarkan surat edaran terkait pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di sekolah dari tingkat Paud, sekolah dasar dan SMP di Bolmut.

Surat edaran per 17 Januari 2024 ini mengimbau agar masing-masing sekolah melakukan pencegahan DBD.

Kepala Dikbud Bolmut Fadly Usup mengatakan isi surat edaran tersebut adalah menguras bak mandi. Menutup tempat penampungan air. Membersihkan saluran air yang tergenang.

Selanjutnya, membersihkan sampah-sampah plastik. Membersihkan barang bekas. Memperhatikan aktivitas anak didik pada sekolah masing-masing.

Selain itu, Usup menambahkan pihaknya juga meminta agar setiap sekolah memperhatikan peringatan dini dari BMKG terkait cuaca ekstrem.

“Diantaranya memperhatikan pohon disekitar sekolah. Mengingatkan kepada orang tua agar gerak cepat menjemput anak ketika hujan lebat dan angin kencang,”ujar Fadly.

Memantau tumbuh kembang anak termasuk asupan gizi sehat dan berimbang.

“Memperhatikan kesehatan anak, jika sakit jangan dipaksakan untuk masuk sekolah,”ujar Fadly.

Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Puskesmas

Puskesmas Buko 2 orang
Puskesmas Bolangitang 4 orang
Puskesmas Biontong 17 orang
Puskesmas Bohabak 1 orang
Puskesmas Mokoditek 1 orang
Puskesmas Ollot 1 orang
Puskesmas Tuntung 1 orang
Puskkesmas Boroko 3 orang

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *