Dies Natalis ke-17 Tahun PMHU di Sulut: Representasikan Adat dan Budaya Lokal

Dies Natalis ke-17 Tahun PMHU (Persatuan Mahasiswa Halmahera Utara) di Sulawesi Utara (Sulut) di Kantor Pusat RRI, Kota Manado, Jumat, 24 November 2023. (Foto: PMHU)

MANADO, SULAWESION.COM – Dies Natalis ke-17 Tahun PMHU (Persatuan Mahasiswa Halmahera Utara) di Sulawesi Utara (Sulut), sukses digelar dengan balutan pementasan kearifan lokal di Kantor Pusat RRI, Kota Manado, Jumat (24/11/2023) malam.

Mengusung tema “Hohingahu de Hohidumutu Nanga Adati de o Budaya Ngini Ika (Menyampaikan dan Memperkenalkan Adat dan Budaya Kepada Kalian)”, merepresentasikan perkembangan kebudayaan di Halmahera Utara yang tidak terlepas dari peran para leluhur yang berjuang sejak awal agar terus eksis, terjaga dan tidak ditelan zaman.

Dies natalis ke-17 tahun PMHU di Sulut ini tampak istimewa, sebab mengejawantahkan kebudayaan yang merupakan identitas bagi setiap individu yang saat ini tengah berproses di organisasi tersebut.

Halmahera Utara memiliki beragam budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh berbagai macam suku. Hal ini merupakan kekayaan yang tidak bisa diremehkan maupun dipandang sebelah mata, oleh karena itu menjaga nilai-nilai budaya menjadi penting agar tetap terjaga kelestariannya.

Untuk itu bagaimana generasi muda Halmahera Utara tetap konsisten dan berkomitmen mempertahankan serta melestarikan adat dan budaya di tengah gempuran globalisasi saat ini. Generasi muda tentunya memegang peranan sangat penting terhadap kelangsungan budaya yang ada.

Generasi muda diharapkan mampu melestarikan serta mengembangkan budaya dengan bantuan teknologi yang semakin berkembang dari tahun ke tahun. Pentingnya menyadari dampak negatif dari perkembangan teknologi agar dapat meminimalisir terjadinya kerusakan di masa yang akan datang.

Dies natalis ke-17 tahun PMHU di Sulut ini pun menyajikan sebuah teatrikal berjudul “Tanahku Dilanda Sengsara”, yang dibawakan oleh para kader dengan berbagai peran diantaranya Charel manumpil, Widya Paliema, Christin Ambari (sebagai Rakyat), Fhey Gato (Pemerintah), Varlen Mangeteke (Politisi) dan Mey Rumeney (Kapitalis). Ditutup dengan suguhan musikalisasi puisi yang berjudul “Inilah Negri Para Bajingan” yang dibawakan oleh Ketua Panitia Artiko Ngangangor.

Teatrikal ini bermakna kritis buat elit politik, dengan begitu banyak menghadirkan investasi asing di Provinsi Maluku Utara, namun kesejahteraan masih jauh dari harapan rakyat.

Malahan banyak menimbulkan konflik horizontal dan menciptakan penindasan yang berkepanjangan bagi rakyat. Amanat UUD 1945 pasal 33 menjadi omong kosong, karena kemakmuran hanya dirasakan bagi para elit politik bukan rakyat.

Ketua Umum PMHU di Sulut Sifera Muhama menganalogikan dies natalis ibarat seorang manusia saat menginjak umur 17 tahun yang bisa dikatakan sebagai pemuda.

“Pada hari ini PMHU juga berusia 17 tahun, 17 tahun ini bukanlah umur seumuran jagung. Dengan awalnya pada tahun 2006 para penggagas, para senior kita bagaimana menanamkan dasar atau fondasi yang kuat yang disebut dengan persatuan dan kekeluargaan,” tutur Sifera.

Ia berharap di usia ke 17 tahun PMHU lebih berbenah, semakin baik ke depannya dan tetap melahirkan serta menciptakan generasi yang unggul untuk pembangunan Halmahera Utara.

Menurutnya tema yang diangkat pada dies natalis ke-17 tahun PMHU di Sulut merupakan ajakan kepada seluruh kader untuk merawat dan melestarikan kearifan lokal.

“Jadi maksud dari tema ini mengajak kita untuk bagaimana mempertahankan adat dan budaya kita di manapun kita berada,” ajaknya.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana Dies Natalis ke-17 Tahun PMHU di Sulut Artiko Ngangangor menuturkan kegiatan itu bagaimana memperkenalkan adat dan budaya sebagai bentuk kesadaran selaku anak muda agar tetap melestarikannya.

“Ini juga tidak terlepas peran dari pemerintah juga diperlukan mengenai kebijakan yang mengarah pada kebudayaan, selain itu festival budaya selalu diselenggarakan untuk mendorong masyarakat agar sadar betapa indahnya kekayaan budaya Indonesia,” tutur Artiko.

“Dengan demikian masyarakat dapat menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal dengan baik untuk meningkatkan eksistensi budaya bangsa,” tandasnya.

Diketahui, dies natalis ke-17 tahun PMHU di Sulut selain mementaskan pagelaran adat budaya lokal juga dirangkaikan agenda Dialog Publik bertemakan “Menuju Indonesia Emas 2045 dalam Perspektif Generasi Muda.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *