Prodi Pendidikan Biologi Unsulbar Sosialisasi Pakan Alternative ke Masyarakat Stimulus

Prodi Pendidikan Biologi Unsulbar Lakukan Sosialiasi Pakan Alternative di kantor desa Renggeang, Selasa (27/6/2023).

MAJENE, SULAWESION.COM – Dalam rangka mengatasi kelangkaan pakan usaha budidaya ulat sutera, Dosen Unsulbar (Universitas Sulawesi Barat) sosialisasikan pakan alternative, Selasa (27/6/2023) di kantor desa Renggeang.

Kegiatan tersebut dihadiri oleh 50 orang peserta yang terdiri dari Ketua Karang Taruna desa Renggeang, masyarakat biasa, masyarakat pembudidaya ulat sutera desa Renggeang, 4 orang dosen beserta 3 mahasiswa prodi pendidikan biologi dan Ketua tim Sri Rahayu Rahman, S.Pd., M.Pd

Bacaan Lainnya

Sekretaris desa Renggeang membuka kegiatan secara resmi dan dilanjutkan sambutan oleh ketua program studi pendidikan biologi Firman, S.Pd., M.Pd.

Desa Renggeang dikenal sebagai penghasil bahan baku pembuatan sarung mandar (Lipa’ Sa’be), namun usaha budidaya ulat sutera mengalami pasang surut, permasalahannya disebabkan karena keterbatasan pakan untuk ulat sutera.

Ulat sutera (Bombyx sp.) menghasilkan produk berupa pupa (kokon) yang jika dipintal dapat digunakan sebagai benang untuk membuat kain sutera, untuk bisa menghasilkan produk tersebut ulat sutera harus diberi makan, berupa daun murbei, namun jumlah daun menurun jika memasuki musim panas (kemarau).

Prodi Pendidikan Biologi Unsulbar melalui program penelitian dan pengabdian masyarakat memberikan solusi pakan alternative guna mempertahankan kelangsungan usaha budidaya ulat sutera, pakan yang ditawarkan adalah mencampurkan daun murbei dengan pakan ayam broiler.

“Kami sudah melalukan penelitian selama 21 hari menggunakan lima perlakuan, hasilnya menunjukkan bahwa ukuran tubuh ulat sutera paling besar ditunjukkan oleh perlakuan ulat sutera yang diberi makan daun murbei dicampur dengan pakan ayam broiler yaitu ±5.25 cm, ukuran ini tidak jauh berbeda dengan kontrol yaitu ulat sutera yang hanya diberi makan daun murbei yaitu ±4.85cm, ukuran yang besar kami duga akan menghasilkan benang yang lebih tebal, namun hal ini masih kami amati, sebab ulat yang kami amati belum selesai proses mengokonnya,” terang Phika Ainnadya Hasan yang merupakan moderator kegiatan.

Kegiatan ini diharapkan menjadikan Desa Renggeang sebagai penghasil benang sutera di Sulawesi Barat, kegiatan tersebut mendapatkan respon positif dari masyarakat, hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang hadir, serta tanggapan yang diberikan oleh ketua karang taruna desa Renggeang. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *