FGD Tarsius Center Indonesia: Perkembangan Ekosistem Digital dan Pertumbuhan Pariwisata di Likupang

Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Tarsius Center Indonesia (TCI) di Sutan Raja Hotel Manado, Minahasa Utara, Kamis (9/11/2023). (Foto: SIEJ Simpul Sulut)

MINUT, SULAWESION.COM – Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Tarsius Center Indonesia (TCI) dalam menunjang perkembangan ekosistem digital serta mendorong pertumbuhan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan dan ekonomi biru sukses digelar.

Bacaan Lainnya

Didukung British Embassy Jakarta dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum UNDP FGD TCI dilaksanakan di Sutan Raja Hotel Manado, Minahasa Utara, Kamis (9/11/2023).

Ade Afrilian dari Yayasan TCI yang juga sebagai Implemented Partner dari program Indonesia Digital Ecosystem Assessment (IDEA) mengatakan saat ini mengembangkan kajian untuk menjadi gambaran awal kondisi ekosistem digital di lima wilayah Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Indonesia.

“Ini adalah program dari IDEA untuk mendapatkan gambaran dari sisi multi stakeholder, pemerintah, masyarakat, legasi pendidikan, NGO guna melihat bagaimana DPSP saat ini kondisinya seperti apa serta peluang, tantangan dan bagaimana strategi untuk kolaborasi ke depannya mengembangkan pariwisata di Likupang,” kata Ade Afrilian saat membuka kegiatan FGD.

Harapannya kata Afrilian yang mendapatkan dampak positif adalah masyarakat, olehnya bagaimana digital ekosistem ini bisa menunjang kebutuhan masyakarat itu sendiri dengan mempromosikan serta bisa mengembangkan tata kelola misalnya, secara keuangan mereka bisa lebih transparan mengunakan digital.

“Saat ini kami sementara mengambil gambaran dulu secara utuh, mudah-mudahan ke. depannya akan ada program yang memang akan masuk untuk menunjang digitalisasi di masyarakat dalam DPSP Likupang,” harap Afrilian.

Perwakilan Universitas Sam Ratulangi (Samrat) Manado Dr Ir Yudi Waani ST MT menjelaskan diera digitalisasi ini masyarakat pasti sudah punyak aksesnya.

Dimana mereka sudah bisa mengunakan media sosial berupa Facebook dan Instagram tapi untuk saat ini belum ada digitalisasi official yakni khusus milik desa.

“Seharusnya desa-desa di destinasi pariwisata super prioritas yang ada di Likupang memiliki digitalisasi official khusus milik desa itu sendiri yang berupa website agar bisa dijangkau oleh para turis mancanegara maupun lokal,” kata Wakil Dekan I di Fakultas Tekni Unsrat ini.

Dirinya mengungkapkan dengan adanya konsep digitalisasi untuk pengembangan pariwisata tentunya sangat penting guna memasarkan prodak pariwisata yang ada di tempat itu sendiri agar bisa dikenal luas.

“Guna menunjang hal tersebut tentunya harus dipenuhi dengan sumber daya agar masyarakat setempat bisa didukung untuk memasarkan produk pariwisata, maka dari itu harus dibutuhkan pelatihan dan sosialisasi agar masyarakat setempat bisa berkembang,” ungkapnya.

Dalam hal ini kata Waani yang terpenting di destinasi pariwisata super prioritas yang ada di Likupang harus memiliki peta pariwisata.

Dengan adanya peta pariwisata pengunjung bisa melihat langsung dimana daerah yang akan di tuju.

“Destinasi ariwisata super prioritas yang ada di Likupang seharusnya memiliki peta pariwisata agar para pengunjung bisa melihat tempat atau lokasi yang akan dikunjungi, tentunya harus ada kerjasama dengan stakeholder terkait untuk membuat peta pariwisata agar menunjang digitalisasi di Likupang,” pungkasnya.

Diketahui FGD diikuti oleh perwakilan dari dinas pariwisata Minut, pihak swasta, kelompok pariwisata berbasis masyarkat, NGO dan lembaga lendidikan dan SIEJ Simpul Sulut.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *