Maxi Rein Rondonuwu Dampingi Menkes RI Hadiri Konferensi Tingkat Tinggi Tuberkulosis PBB di New York

Dr.dr.Maxi Rein Rondonuwu,DHSM,MARS Dirjen P2P Kemenkes RI saat presentasi di acara sampingan “Berinvestasi dengan Benar, Berinvestasi Sekarang untuk Mengakhiri TB”, Kamis 21 September 2023 di New York.(Foto:Istimewa)
Dr.dr.Maxi Rein Rondonuwu,DHSM,MARS Dirjen P2P Kemenkes RI saat presentasi di acara sampingan “Berinvestasi dengan Benar, Berinvestasi Sekarang untuk Mengakhiri TB”, Kamis 21 September 2023 di New York.(Foto:Istimewa)

NEW YORK,SULAWESION.COM-Di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Tuberkulosis (HLM TB) Majelis Umum PBB (UN GA) ke-78 di New York USA, Kamis 21 September 2023. Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Polandia bekerja sama dengan Stop TB Partnership dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) menyelenggarakan acara sampingan “Berinvestasi dengan Benar, Berinvestasi Sekarang untuk Mengakhiri TB”.

Acara sampingan ini dilaksanakan satu hari sebelum pertemuan HLM TB PBB dan membangun antusiasme mengenai bagaimana pemangku kepentingan global dan nasional dapat berkolaborasi dan menjalankan pembicaraan untuk mewujudkan tujuan kami untuk mengakhiri TB pada tahun 2030.

Diskusi panel dimoderatori oleh Nurul Luntungan, Ketua Yayasan STPI, bersama Norbert Ndjeka Kepala Direktur Pengendalian dan Penanggulangan TBC Kementerian Kesehatan Afrika Selatan, Maxi Rein Rondonuwu Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Indonesia, Katarzyna Drążek-Laskowska Direktur Biro Kerjasama Internasional dari Kementerian Kesehatan Polandia, Timur Abdullaev Anggota Dewan Orang TBC, dan Tereza Kasaeva Direktur Program TBC Global Organisasi Kesehatan Dunia.

Pada diskusi ini, Dr.dr.Maxi Rein Rondonuwu,DHSM,MARS (Maron) Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan, Investasi pada penelitian dan pengembangan alat-alat baru dalam memajukan diagnosis, pengobatan, dan vaksinasi TBC akan mempercepat upaya pemberantasan TBC. Investasi untuk Pelayanan Kesehatan Primer dan Penguatan Sistem Kesehatan, dengan Program TBC yang terintegrasi, harus menjamin keberlanjutan dan ketahanan dalam menyediakan layanan TBC yang berpusat pada pasien berkualitas tinggi,”jelas Rondonuwu.

Putra asal Minahasa Tenggara Provinsi Sulawesi Utara ini juga menekankan bahwa untuk mengakhiri TBC memerlukan investasi komprehensif dan keterlibatan masyarakat yang bermakna mulai dari penelitian dan pengembangan untuk inovasi, pengujian, pengobatan, dan pencegahan TBC yang efektif dalam skala besar.

Pada hari yang sama, sebuah side event dilaksanakan oleh Stop TB Partnership berkolaborasi dengan CDC U.S. dan CDC Foundation.

Side event ini menyoroti kebutuhan penting akan inovasi dan peningkatan kegiatan pencegahan berbasis bukti yang ada termasuk TPT untuk mencapai tujuan akhir TB dan pembicara akan bergabung dari Negara-negara anggota PBB dari negara- negara dengan insiden TBC tinggi dan rendah, Pemerintah AS, Masyarakat Sipil, dan Organisasi Multilateral.

Diskusi panel akan mengeksplorasi peluang, hambatan, atau tantangan yang belum dimanfaatkan dalam peningkatan TPT global, dan kesenjangan yang dapat menghambat upaya tersebut.

Maxi Rein Rondonuwu yang berposisi jabatan sebagai Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Indonesia menegaskan bahwa di Indonesia, lebih dari 22.000 orang menggunakan TPT pada tahun 2022, atau hanya 1% dari 1,3 juta populasi sasaran.

“Saat ini, Indonesia memprioritaskan TPT untuk ODHA, semua usia yang pernah kontak dengan penderita TBC di rumah, dan kelompok risiko lainnya, terutama jika mereka memiliki kondisi imunokompromais dan penyakit penyerta,”jelas Rondonuwu.

Pada hari Jumat 22 September 2023 Media Breakfast meeting dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Wamenkes  Dante Saksono Harbuwono bersama Maxi Rondonuwu sebagai Dirjen P2P Kemenkes RI serta anggota parlemen dari negara lainnya.

Pada media meeting ini ditanyakan terkait progress dan bagaimana strategi Indonesia dalam melaksanakan penanggulangan TBC. Pada kesempata tersebut, Maxi Rein Rondonuwu (Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kementerian Kesehatan Indonesia menjelaskan bahwa Indonesia telah melakukan dan memberikan komitmen tertinggi nya untuk pengendalian TBC yang berupa telah tersedianya peraturan presiden No 67/ 2021 tentang penanggulangan TBC.

Perprese tersebut menekankan pentingnya kolaborasi multisectoral dan lintas sektor.Pada tahun 2022 Indonesia berhasil mencapai 75% kasus dari target yang harus ditemukan.

“Negara Indonesia telah menjadi yang terdepan dalam inovasi pembiayaan layanan kesehatan, partisipasi dalam uji klinis dan peluncuran rejimen BpaL yang inovatif. Pencapaian ini tidak hanya meningkatkan kemampuan kita dalam memerangi TBC namun juga menjadi bukti kekuatan kolaborasi dan inovasi,” jelas Dr.dr.Maxi Rein Rondonuwu,DHSM,MARS (Maron).

(liputan khusus)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *