SULAWESION,SULTRA– Indonesia merupakan negara keempat sebagai produsen kopi dunia dengan pangsa hingga 9% dari pasokan kopi dunia dengan trend produksi yang tumbuh positif selama 5 tahun
terakhir (Kementerian Perdagangan, 2021).
Badan Pusat Statistik (2020) mencatat bahwa
terdapat delapan daerah terbesar penghasil kopi nasional dan sebagian besar terpusat di Pulau
Jawa dan Sumatera yang sebagian besar berasal dari Perkebunan Rakyat.
Lebih lanjut, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) menyatakan bahwa jenis Kopi Robusta dan Liberica masih sangat potensial untuk dikembangkan di daerah Kawasan Timur Indonesia.
Provinsi Sulawesi Tenggara yang memilki tipografi sebagian besar dataran rendah sangat potensial untuk menjadi salah satu daerah penghasil Kopi di Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk jenis Robusta menimbang lahan yang tersedia masih sangat luas.
BPS (2020) mencatat bahwa areal perkebunan Kopi Provinsi Sulawesi Tenggara seluas 8.521 Ha dengan status kepemilikan Perkebunan Rakyat terbilang memiliki tingkat produktivitas yang masih rendah, yaitu 460 ton/ha.
Tentu saja produktivitas yang rendah dapat menghambat kontinuitas produksi dan akhirnya turut menjadi penghambat akses ke pangsa pasar ekspor.
Kabupaten Konawe Selatan merupakan salah satu daerah dengan potensi pengembangan komoditas Kopi yang tinggi. Pengembangan komoditas ini sejalan dengan visi Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan untuk mendorong “Satu Desa, Satu Komoditas
untuk Mewujudkan Desa Maju” sekaligus menciptakan iklim pengembangan usaha yang kondusif, salah satunya di Desa Amatowo dan Tridana Mulya, Kecamatan Landono.
Budidaya Kopi telah dilakukan oleh masyarakat di Desa Amatowo dan Tridana Mulya sejak tahun tahun 2015 dan didukung oleh berbagai potensi, antara lain lahan perkebunan siap tanam tersedia hingga 212 ha, terdapat petani penangkar bibit, tersedia tenaga kerja yang mendukung, adanya
kelembagaan yang baik, tersedia pengecer pupuk dan pestisida, dan terdapat pengepul kopi lokal (local champion) melalui kemitraan bersama CV Kopindo Sukses Bersama dengan brand Kopi Tolaki.
Meskipun demikian, masih terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam pengembangan Kopi di Desa Amatowo dan Tridana Mulya, antara lain kualitas produk yang belum terstandardisasi, kapasitas produksi yang belum mampu memenuhi permintaan buyer, dan kurangnya edukasi petani dalam budidaya dan pengembangan usaha kopi.
Mengamati kondisi tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi
Tenggara bersama Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/ Indonesia Eximbank bersinergi dalam mendorong pengembangan Klaster Kopi di Desa Amatowo dan Desa Tridana Mulya dalam program bersama yang diberi nama Desa Devisa.
Selanjutnya, sebagai komitmen bersama dalam pengembangan Klaster Kopi di
Kabupaten Konawe Selatan melalui program Desa Devisa maka dilakukan penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) terkait Program Pengembangan Klaster Desa Devisa
Komoditas Kopi di Kabupaten Konawe Selatan antara KPwBI Prov. Sultra, Pemkab. KonaweS elatan, dan LPEI pada tanggal 4 Agustus 2022 bertempat di Hotel Claro Kota Kendari.
Pada kesempatan tersebut turut hadir Bapak Doni Septadijaya (Kepala KPwBI Prov. Sultra), Bapak Surunuddin Dangga, ST., MM (Bupati Kabupaten Konawe Selatan), dan Ibu Dyza R. A Rochadi (Kepala Divisi Office of The Board LPEI).
Melalui MoU tersebut maka selama tiga tahun kedepan seluruh pihak yang terlibat akan
bersinergi dalam mendorong pengembangan Desa Devisa Klaster Kopi di Desa Amatowo dan Tridana Mulya sehingga mampu menjangkau pasar ekspor melalui penguatan berbagai aspek, baik produk, konsistensi dan keberlanjutan produksi, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antar lembaga, koordinasi antar lembaga desa devisa ekspor, produsen dan manajerial, maupun infrastruktur dan sarana penunjang lain.
Berbagai upaya tersebut dilakukan demi mengenalkanKabupaten Konawe Selatan kepada dunia, dengan semangat menjadikan Kopi Tolaki mampu Go Digital dan Go Expor.
Editor: Supardi Bado