MANADO, SULAWESION.COM – Word Day of Prayer atau Hari Doa Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Maret merupakan momentum sakral umat Kristen.
Hari doa sedunia memiliki tujuan yang mulia, peringatan ini bertujuan untuk mendorong perempuan dan anak umat Kristen agar terlibat dalam misi doa pribadi serta memimpin doa bersama dalam organisasi pelengkap dan asosiasi.
Dalam perayaan di tahun 2024, tata ibadah dipersiapkan oleh Komisi Hari Doa Sedunia Negara Palestina yang mengusung tema “Aku Mohon Padamu….Bersabarlah Satu Sama Lain dalam Kasih (Efesus 4:1-3)”.
Di bawah naungan organisasi gereja, mereka berdoa untuk anak-anak maupun perempuan yang mengalami dampak akibat perang dan masalah di berbagai belahan dunia.
Biro Perempuan dan Anak Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (BPA-PGI) mendistribusikan tata ibadah Hari Doa Sedunia 2024 untuk digunakan oleh seluruh umat Kristiani di Indonesia sebagai wujud kebersamaan dalam gerakan “Oikumenis” dengan gereja lain di dunia.
Peringatan Hari Doa Sedunia 2024 di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado yang diinisiasi Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Wilayah Manado Utara Satu Jemaat Betani Sindulang-Singkil, merupakan representatif keberagaman umat beragama yang selama ini terbingkai dalam wujud toleransi.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Utara yang juga Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) Betani Singkil-Sindulang Pdt Lucky Rumopa menjelaskan Hari Doa Sedunia 2024 adalah panggilan gereja secara global, dimana GMIM adalah bagian dari gerakan-gerakan “Oikumenis” sedunia.
Hari doa sedunia adalah gerakan eko-feminis yang terinspirasi oleh doa yang diucapkan dan tindakan yang didoakan. Mengikuti teladan Yesus yang berdoa karena kepeduliannya terhadap dunia.
“Sehingga dipandang perlu jemaat-jemaat Tuhan yang ada di manapun dapat mengambil bagian agar kita dapat memberikan edukasi yang baik terhadap pertumbuhan anak-anak, agar mereka dapat melihat bahwa kita semua ini adalah ciptaan Tuhan,” jelas Pdt Lucky.
Perayaan hari doa sedunia 2024 yang dilakukan jemaat Betani Singkil-Sindulang memanggil anak-anak untuk membangun komunikasi di dalam doa tanpa membedakan suku, ras dan agama.
“Kebetulan tema tahun ini adalah anak-anak yang ada di Palestina. Kita tahu persis wilayah Palestina sedang mengalami konflik yang sangat berat, lepas dari persoalan politik dan peperangan tetapi korban adalah anak-anak paling banyak,” ujar Pdt Lucky.
“Yesus mengajarkan kita untuk tidak boleh mendendam, tidak boleh membenci, kita di ajarkan untuk berdoa. Kami melakukan ini dengan sungguh-sungguh karena kami memiliki perasaan yang sama, rasa kepedulian bersama,” sambungnya.
Ia berharap konflik yang terjadi di Palestina segera mencapai titik perdamaian yang diharapkan dunia agar korban jiwa yang yang disebabkan perang berkurang.
“Semoga dengan doa-doa anak-anak ini, anak-anak yang terlantar akibat peperangan berangsur-angsur dipulihkan. Dan sekiranya juga kekuatan-kekuatan dunia dapat memperhatikan manusia-manusia yang lemah, baik perempuan tapi terutama anak-anak,” harapnya.
Ia mengajak masyarakat Sulawesi Utara agar tetap berada pada koridor “toleransi” sesama umat manusia tanpa membedakan apapun.
“Menghargai perbedaan umat beragama, terutama kita umat Kristiani harus menghormati ibadah umat muslim. Memanggil umat Kristen untuk meningkatkan hubungan yang baik antar umat beragama,” ajak Pdt Lucky.
Diketahui perwakilan seluruh negara menghadiri perkumpulan di Brazil pada tanggal 20-27 Agustus lalu dan menghadirkan tiga komite besar yaitu Katolik, Protestan dan Ortodoks.
Mereka berdoa bersama untuk masa depan gerakan ini. Mengajak umat manusia untuk saling membantu dengan kasih meskipun hampir setiap individu mengalami penindasan.
Liturgi ibadah hari doa sedunia 2024 tentang tiga perempuan Kristen Palestina yang menjadi saksi kekuatan yang saling membantu dalam kasih.
Kisah mereka itu menerangkan pengalaman perempuan termasuk anak-anak Palestina dari tiga generasi yang berbeda. Telah mengundang dunia untuk berdoa tentang perdamaian, keadilan, kebebasan beragama dan kebebasan bergerak. Secara khusus mengajak untuk berdoa bersama para pengungsi, tunawisma, mereka yang sakit atau berduka.