BUSEL, SULAWESION.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buton Selatan (Busel) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), tengah gencar menjalankan sejumlah strategi guna menekan angka kasus Stunting (Kekerdilan) di kabupaten yang dikenal beradat itu.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Busel, Insanu, SKM, M.Si, saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini mengakui, kasus anak balita yang mengalami masalah kekerdilan di Bumi Gajah Mada itu cukup mengkhawatirkan.
Sehingga butuh kerja sama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada untuk bersinergi guna menuntaskan permasalahan kasus tersebut.
Sebab kata dia, dari 70 desa dan kelurahan, tercatat ada 29 desa yang menjadi lokus sasaran penanganan kasus Stunting yang tersebar di tujuh kecamatan, sehingga hal ini menjadi perhatian khusus Pemkab Busel.
“Kemarin kita sudah kumpulkan para kepala desa dan para camat. Dari kepala desa, ada regulasi penggunaan anggaran ADD walau sedikit bisa digunakan untuk penanganan Stunting,” ungkapnya.
Dikatakannya, ada sejumlah penyebab terjadinya Stunting di Busel ini. Baik itu persoalan asupan gizi sejak dalam kandungan, masalah genetik, bahkan yang paling mendasar adalah pola asuh yang terbilang keliru dan menjadi sebuah kebiasaan.
“Sehingga para kepala puskesmas saya perintahkan bahwa ada anggaran BOK itu dimanfaatkan bersama pemdes untuk supaya sama-sama kita turun lapangan supaya kita bisa tau benang kusutnya di mana, sehingga kita tidak salah dalam melakukan intervensi,” imbaunya.
Kaitannya pada persoalan asupan gizi, lanjut dia, tipikal makanan lokal di Busel tidak berbeda jauh dengan daerah di kabupaten lain di Sultra.
Namun bisa saja karena cara mengolah makanan lokal yang tidak tepat, serta pola asuh yang salah terhadap balita, sehingga menjadi salah satu penyebab masalah Stunting.
Sehingga salah satu strategi yang akan diterapkan pihaknya, yakni intervensi dengan pemberian makanan bergizi tambahan berdasarkan sumber makanan lokal.
“Misalnya di desa itu menghasilkan makanan lokal jagung, atas kerja sama dengan Kader PKK desa maka kita akan olah jagung tersebut dengan cara yang tepat sehingga menjadi makanan menarik serta mengandung nilai gizi yang baik untuk dikonsumsi,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Lapandewa, La Igu, SKM, membenarkan langkah yang ditempuh Pemkab Busel untuk menekan angka kasus Stunting.
Saat ini pihaknya tengah rutin menghadiri rapat kerja bersama SKPD terkait, serta seluruh pemangku wilayah yang ada di Busel dengan agenda membahas dan menyusun strategi guna menekan prevalensi kasus Stunting di setiap titik lokus sasaran.
“Agenda rapat kemarin membahas dan menyusun strategi guna menekan kasus Stunting di setiap kecamatan,” katanya saat dikonfirmasi, Jumat malam (5/8/2022).
Diungkapkannya, pencegahan Stunting membutuhkan keterpaduan penyelenggaraan intervensi gizi pada lokasi dan kelompok sasaran prioritas.
“Kami Protapnya dari dulu yang telah dijalankan fokusnya pada pencegahan, seperti dari arah belakang misalnya penanganan mulai dari remaja putri, ibu hamil dan menyusui, utamanya itu yang kita sasar dan itu telah berjalan sejak dulu,” paparnya.
Penyelesaian masalah Stunting, lanjut dia, tentunya tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang singkat. Olehnya itu, perlu adanya komitmen bersama agar penanganan masalah ini dilakukan terus menerus dan berkelanjutan.
“Intinya diperlukan kerja sama semua lintas,” imbuhnya.
Dia pun berharap, kepada masyarakat agar memanfaatkan dengan baik apa yang telah diberikan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemkab Busel melalui istansi atau pun lembaga lainnya, demi mencegah dan menekan kasus Stunting.
“Harapan kami, layanan yang diberikan dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik layanan yang didapatkan dari tim kesehatan, maupun dari tim istansi lain yang kaitannya guna pencegahan dan penekanan kasus Stunting, sebab pada intinya yang memegang kendali adalah pada perilaku masyarakat kita sendiri,” tutupnya.
Sebagai informasi, sebelumnya BKKBN Sultra menyebut 45,2 persen kasus Stunting terjadi di Buton Selatan dan merupakan angka tertinggi yang terjadi di Sultra.
Basri | Guesman Laeta