RABU KEMARIN salah satu sahabat saya mengabarkan jika ia akan ke desa Apeng Sembeka, Kecamatan Sangkub, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), pada hari Kamis.
Melalui pesan singkat Whatsaap, saya menyampaikan akan ikut. Kami berdua-pun janjian. Pagi-pagi berangkat.
Kamis pagi hari ini, sahabat saya kembali mengabarkan. Jika rencana ke Apeng Sembeka jadi. Saya-pun bersiap. Sekitar pukul 08.50 WITA ia menjemput dengan mobil berwarna putih.
Perjalanan ke Apeng Sembeka cukup memakan waktu sekitar satu jam dari tempat tinggal saya. Maklum kami berdua tak kebut-kebutan. Apalagi ditemani lagu-lagu zaman 80-90(an) di dalam mobil. Ke Apeng Sembeka belok kiri dari arah Boroko (Ibu kota Kabupaten Bolmut).
Saat tiba di Apeng Sembeka, kami langsung ke kantor desa. Maklum teman saya ada agenda liputan terkait program pemerintah desa, oh iya, dirinya salah satu jurnalis di Bolmut.
Saat itu pemerintah desa Apeng Sembeka sedang menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Penerimanya para orang-orang tua. Banyak Lanjut usia (lansia).
Setelah penyaluran BLT selesai. Saya berdiskusi dengan pemerintah desa. Ada kepala desa (sangadi), Sekretaris desa (Sekdes) dan aparat desa lainnya.
Diskusi ini soal rasa penasaran saya terkait keberadaan desa Apeng Sembeka. Wilayah ini salah satu desa pesisir di Kabupaten Bolmut. Mungkin juga salah satu desa yang pemukimannya sangat dekat dengan pesisir pantai.
Sangadi Apeng Sembeka Yohanes Luminuhe berujar, salah satu masalah utama di desanya adalah bagaimana menghadapi banjir pesisir (banjir rob). Yang hampir setiap tahun selalu terjadi di desanya.
Walau katanya, sejauh ini belum ada korban jiwa, tapi banjir pesisir ini hingga ke pemukiman warga. Bahkan sampai masuk dalam rumah. Termasuk rumahnya pak sekdes.
“Anaknya pak sekdes, bahkan sering bermain air dalam rumah akibat banjir pesisir ini,”katanya Kamis 24 April 2025.
Banjir pesisir akan lebih parah lagi jika bersamaan dengan hujan yang intensitas tinggi yang mengakibatkan air sungai meluap. Banyak rumah warga yang terendam. Sampai puluhan Kepala Keluarga (KK).
Sampai hari ini, katanya ia terus berpikir bagaimana menangani masalah ini. Beberapa tahun hingga saat ini, melalui dana desa ia membangun tanggul pemecah/penahan ombak. Yang juga memperkecil dampak banjir pesisir. Sebelumnya ada.
Soal banjir pesisir di desanya selalu ia sampaikan di Musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) agar menjadi perhatian.
Bahkan, sebelumnya juga pernah dilihat langsung oleh salah satu pejabat yang ada di Kabupaten Bolmut. Beberapa usulan program ia telah sampaikan terkait pembangunan di desanya.
Bukan hanya banjir pesisir, terkadang kata warga Apeng Sembeka air sering masuk hingga ke halaman rumah akibat ombak yang tinggi.
Dilansir dari Mongabay Indonesia studi dari Climate Central dengan judul Rising Seas Stretch Risk Zones menyebutkan adanya perluasan risiko banjir pesisir tahunan, salah satunya Indonesia.
Tanpa adanya pertahanan pesisir, ditingkatkan atau baru, populasi akan menghadapi banjir rutin atau bahkan tenggelam dalam 30 tahun ke depan.
Indonesia menduduki peringkat kelima dengan risiko banjir pesisir tahunan akan meluas ke daratan dan berdampak bagi 23 juta orang, angka ini meningkat hampir 5 kali lipat dari perhitungan data elevasi sebelumnya.
Direktur Komunikasi Digital dan Media Climate Central Peter Girard menyampaikan perubahan iklim masif membuat suhu global mengalami kenaikan, membuat gletser dan lapisan es mencair, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan air laut.
Hal ini berdampak hilangnya dataran tinggi di sepanjang pantai dunia. Ketika air laut naik, daratan yang dulunya aman berada di atas garis pasang surut kini berada di bawah.
“Tingkat risiko banjir tahunan, membuat warga menghadapi ancaman yang semakin besar,”katanya.
Sebelumnya pada kegiatan musrenbang 2026, Bupati Bolmut Sirajudin Lasena mengingatkan saat ini bagaimana diperhadapkan dengan berbagai tantangan global yang dinamis, mulai dari ketidakpastian geopolitik, perubahan iklim, hingga fluktuasi harga komoditas.
“Pembangunan adalah warisan, maka pastikan yang kita bangun hari ini menjadi berkah untuk generasi mendatang,”jelasnya.
Pada Musrenbang pemprov 2026. Baik dari isu global dan hingga skala Sulawesi Utara. Salah satu yang menjadi perhatian adalah soal perubahan iklim.
Sehingga hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah Kabupaten Bolmut kedepan. Bagaimana memperkuat pertahanan desa pesisir dalam menghadapi perubahan iklim. Tentu butuh kajian sejauh mana perubahan iklim berdampak pada desa pesisir di Bolmut.
Kembali ke Apeng Sembeka. Desa ini menyimpan pesona pantai yang indah. Bisa anda kunjungi. Dan jadi tujuan wisata adan suatu hari.
Kata sangadi, pekerjaan warga di desanya rata-rata petani dan nelayan.
“Tapi walau nelayan jika cuaca buruk, makan tahu,”ujarnya sambil bercanda.