Kabalai Sungai Sudana Ungkap Kendali Bendungan Kuwil, Potensi Banjir Manado Makin Parah

 

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi 1 I Komang Sudana saat memberikan konfirmasi terkait peran Bendungan Kuwil-Kawangkoan, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Sabtu (28/1/2023). (Foto: Adi Sururama)

Bacaan Lainnya

MANADO, SULAWESION.COM – Bencana alam banjir kembali menerjang sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dan mengakibatkan longsor di beberapa titik pada Jumat (27/1/2023).

Dari sejumlah informasi yang berhasil dihimpun, Kota Manado merupakan daerah yang paling parah terkena musibah tersebut.

Kendati demikian keberadaan Bendungan Kuwil-Kawangkoan di Minahasa Utara (Minut) yang baru diresmikan Presiden RI Joko Widodo, ikut mengendalikan bencana banjir hingga tak semakin parah.

Hal ini terungkap dari penjelasan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi 1 I Komang Sudana, Sabtu (28/1/2023).

Menurut Kabalai Sudana, di Kota Manado terdapat delapan Daerah Aliran Sungai (DAS), dengan lima di antaranya sungai besar.

Delapan DAS itu yakni DAS Kima, DAS Bailang, DAS Maasing, DAS Tondano, DAS Tikala, DAS Sario,  DAS Malalayang, dan DAS Kolongan. Sementara keberadaan Bendungan Kuwil-Kawangkoan untuk pengendalian banjir di DAS Tondano saja.

“Sungai lain di Manado karena intensitas curah hujan yang tinggi sehingga meluap, sayangnya, sungai meluap tersebut bukan wilayah pengendalian dari Bendungan Kuwil-Kawangkoan. Meski demikian pantauan di lapangan, DAS Tondano juga ikut meluap dan menggenangi pemukiman di sekitarnya,” kata Sudana.

Kabalai Sudana pun menyampaikan, hal itu akibat hujan ekstrem yang terjadi di Kota Manado.

“Sebagaimana informasi BMKG juga, pantauan pos hujan di Sungai Tondano, Mahawu, Sario, Tikala berkisar kurang lebih 160 sampai dengan 300 mm, termasuk intensitas ekstrem,” katanya lagi.

Akibatnya beberapa sungai meluap, air dari drainase permukiman pun tersumbat menyebabkan banjir.

Lanjut dia, dengan adanya hujan lebat di Kota Manado, pola operasi bendungan ditutup, tetapi harus dipantau terus.

“Apabila terjadi bahaya untuk keamanan bendungan harus dibuka pelan-pelan,” lanjutnya.

Ia menekankan, Bendungan Kuwil-Kawangkoan  tidak menghilangkan banjir, namun hanya mereduksi banjir 25 persen di Sungai Tondano hilirnya.

“Dengan ditutupnya bendungan pantauan tinggi muka air di bendungan pada elevasi 98 dengan besar tampungan 22 juta meter kubik,” ujarnya.

Ia menyampaikan, bisa dibayangkan kalau tidak ditahan air sebesar itu, mungkin akan lebih luas banjirnya.

“Pada saat banjir tadi kita turunkan Satgas banjir untuk mengidentifikasi/mendata dan membantu dengan menurunkan perahu karet di sungai mahawu,” ujarnya.

Menurutnya pantauan banjir yang cukup tinggi di sungai Mahawu dan Bailang. Saat ini pun di Bendungan Kuwil-Kawangkoan disiagakan petugas untuk mengatur pola operasi bendungan.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *