Launching Fokus Demokrasi Lentera (FDL) Research and Consulting di Cafe Warung Kobong, Jl Pumorow, Teling, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (21/6/2023). (Foto: Adi Sururama)
MANADO, SULAWESION.COM – Fokus Demokrasi Lentera atau FDL Research and Consulting resmi dilaunching di Cafe Warung Kobong, Jl Pumorow, Teling, Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (21/6/2023) sore.
Sejumlah aktor ternama turut berpartisipasi mengisi tim pelaksana FDL di antaranya Harsen Roy Tampomuri SIP MA (Direktur Eksekutif), Josef K Kairupan SIP MIP (Direktur Riset), Yaya Piri SIK MSi (Direktur Komunikasi dan Keuangan), Pangasihan Santo Amisan SIP (Direktur Media dan Branding), Dr Ferry Daud Liando SIP MSi (Peneliti Utama) dan Dr Johny Peter Lengkong SIP MSi (Peneliti Utama).
Sebagai lembaga riset dan konsultasi untuk strategi pemenangan Pemilu 2024, FDL mengedepankan tiga poin penting yaitu Kata, Data dan Kerja Nyata.
Pangasihan Santo Amisan menjelaskan FDL sebagai lembaga riset tentunya memberikan beberapa layanan untuk menjadi rujukan dari politisi, masyarakat, akademisi dan jurnalis untuk menjadi mapping dalam peta-peta politik di pemilu 2024 mendatang.
Menurut Alumni Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado ini, Sulut membutuhkan demokrasi yang lebih baik ke depan, sebab demokrasi tidak dibangun secara prosedural saja tetapi lebih kepada substansinya.
“Demokrasi itu bukan hanya tugas dari aktor pemerintahan tapi peran dari aktor non pemerintahan seperti LSM, Perguruan Tinggi, Calon Legislatif dan Jurnalis,” jelas pria yang pernah bergelut sebagai Jurnalis ini.
Soal potensi milenial di Sulut, Harsen Roy Tampomuri mengatakan gaungnya tidak sekadar di lokal namun skala nasional.
Harsen menuturkan bahwa kualitas sumber daya manusia dari lembaga-lembaga memiliki kesamaan dengan di luar Sulut, bahkan menurutnya Sulut lebih unggul.
“Dari Sulut kita bisa mengambil bagian dari satu dinamika politik di nasional,” tutur Akademisi Ilmu Politik dengan pengalaman sebagai Tenaga Ahli di Parlemen Indonesia (MPR RI).
Lanjut Harsen, FDL pada dasarnya pertama memberikan konsultasi dan pendampingan berupa kebijakan dalam strategi politik, kedua menjadi penghubung sektor pemerintah maupun swasta, ada yang berfungsi sebagai lobis yaitu mengambil peran dengan satu mekanisme kerja yang sesuai aturan. Ketiga pasca pemilu FDL tetap konsisten memberikan peran misalnya mendampingi untuk konsultasi politik.
“Paket komplit di FDL ini bisa kita sendikan untuk klien yang ingin kerja sama dengan kami, kita datang dari kalangan aktivis, akademisi dan jurnalis,” tambah pria yang aktif di NGO/LSM Internasional Bidang Kepemudaan dan berpengalaman di beberapa lembaga survei nasional.
Sementara Josef K Kairupan menerangkan digagasnya FDL ditelisik dari perspektif perkembangan zaman, dimana era saat ini tidak lagi menggunakan data konvensional melainkan data digital.
Meskipun ada kendala di beberapa daerah kepulauan soal jaringan internet, Kairupan tetap optimis dan konsisten menghasilkan data akurat.
“Hasil riset yang akan kita lakukan menghasilkan 95 Persen keakuratan, dapat dipercaya karena menggunakan kajian ilmiah,” terang pria yang kerap bergelut di bidang riset ini.
“Ketika kami melakukan riset kami menggunakan data yang bukan sembarang data. Menyentuh aspek elektabilitas dan popularitas, kita punya metode sendiri untuk melakukan pengujian. Saya yakini kita sanggup untuk menjawab tantangan itu sebab kita punya metode ilmiah,” sambungnya.
Di tempat yang sama, Yaya Piri mengatakan FDL adalah lembaga independen, mampu memberikan kontribusi yang nyata.
“Baik aspek ekonomi dan politik untuk rasa cinta kita terhadap Sulut,” kata pria lulusan Unsrat Manado sekaligus merupakan Kepala Biro SCTV/Indosiar Manado ini.
Noufryadi Sururama