Wagub Sulut Jelaskan Sejumlah Falsafah Lokal serta Dorong Objek Wisata Rohani di Bukit Doa GMIM Gunung Tumpa

 

 

Bacaan Lainnya

MANADO, SULAWESION.COM – Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Utara Drs Steven OE Kandouw menghadiri langsung Perayaan Paskah Yesus Kristus GMIM Wilayah Manado Utara IV di Bukit Doa GMIM, Gunung Tumpa, Meras, Kecamatan Bunaken, Sabtu (29/4/2023).

Perayaan Paskah wilayah tahun ini sedikit berbeda sebab dilaksanakan di lokasi wisata Bukit Doa GMIM yang merupakan aset GMIM.

Perayaan ini nantinya akan menjadi pendorong bangkitnya kembali objek wisata Bukit Doa GMIM menjadi lokasi wisata rohani atau Spiritual Tourism dan wisata olahraga udara atau Air Sport Tourism guna menunjang pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado.

Mengusung tema “Kristus Bangkit Soraklah”, Wagub Kandouw menyampaikan sejumlah falsafah lokal kepada jemaat.

Wagub Kandouw menjelaskan paskah adalah momentum bagaimana kita merefleksikan keberanian Tuhan Yesus dalam menghadapi maut.

“Apapun permasalahan yang kita hadapi, masalah keluarga, karir, keuangan, bahkan kesehatan kita harus meneladani iman dan keberanian Tuhan Yesus dalam mengatasi segala bentuk ketakutan, agar kita boleh mengambil keputusan yang baik dan bijak untuk mengatasi segala permasalahan kita,” jelas wagub.

Orang nomor dua di Sulut ini menuturkan keberanian Tuhan Yesus juga memiliki benang merah dengan kearifan lokal di sini, yakni falsafah “Somahe Kai Kehage”, dalam terjemahan bebas itu artinya keberanian dalam menghadapi tantangan.

“Substansinya luar biasa, karena dengan iman kita harus berani menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup begitu juga dengan semboyan suku Minahasa “I Yayat U Santi”, ini menggambarkan semangat yang memiliki energi positif, bukan diartikan lagi mengangkat parang untuk berperang, namun dalam konteks hari ini diartikan mengangkat parang untuk menggarap lahan kita sehingga dapat memberikan nilai ekonomi bagi kita,” tutur wagub.

Menurut Wagub Kandouw, belum lagi dengan falsafah “Pakatiti Tuhema, Pakanandu Mangena”, ini dapat diartikan bahwa yang kita kerjakan dilakukan dengan presisi dan pertimbangan yang komprehensif.

Dengan kata lain terang Wagub Kandouw, jangan asal-asal dalam mengerjakan atau mengeksekusi sesuatu.

Wagub Kandouw menambahkan soal falsafah “Boleng Balang Seng Kahindo”, yaitu bersama-sama mengayuh sekuat tenaga.

Waguh Kandouw pun berpesan mengenai beberapa aspek diantaranya keagamaan, moral, sosial, dan adat istiadat.

“Ini memiliki makna yang sungguh dalam yakni harus total, optimal, dan maksimal dalam mengerjakan sesuatu, baik dalam pelayanan maupun pekerjaan. Ini masih terkait dengan resiprositas/kausalitas keberanian Tuhan Yesus menghadapi maut,” pesan wagub.

Diketahui, perayaan paskah ini diselenggarakan oleh Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW) Manado Utara IV.

Perayaan dimulai dengan Ibadah Agung yang dipimpin Ketua BPMS GMIM Pdt Hein Arina ThD, yang dihadiri oleh ratusan anggota dari delapan jemaat GMIM di Wilayah Manado Utara IV.

Delapan jemaat tersebut adalah Solagratia Tongkeina, Lazarus Meras, Syalom Molas, Bukit Sejahtera Molas, Baitel Batusaiki, Musafir Cempaka, Bukit Sion Bailang, dan Senggighilang Bailang.

Noufryadi Sururama

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *