BITUNG, SULAWESION.COM – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bitung 2024 harus jadi momentum mencari pemimpin muda inovator.
Sejumlah nama telah berseliweran ingin maju Walikota dan Wakil Walikota Bitung di Pilkada serentak pada 27 November 2024 mendatang.
Namun, kepemimpinan yang mempunyai modal intelektual memadai patut jadi tolok ukur untuk sebuah agenda mencerdaskan dan mensejahterakan.
Secara umum, pemimpin yang memiliki inovator serta bersandar pada panduan metodologi yang jelas tentunya dapat menata kelola kota Bitung dengan maksimum.
Baca juga: Pilkada Bitung, Max Lomban Calon Kuat Dapat Rekomendasi DPP NasDem
Baik itu dari aspek pendidikan, ekonomi, hukum, hak asasi manusia, sosial, lingkungan, kesehatan, teknologi, dan sejenis aspek lainnya.
Artinya, seorang pemimpin intelektual punya konsep meritokrasi ketika memimpin. Sehingga apa yang jadi ide abstrak (tidak berwujud) dapat diimplementasikan.
Memilih pemimpin adalah memilih delegasi. Di sana ada pertarungan akal yang metodis. Bukan hanya sekadar mengumbar slogan-slogan dan harapan kosong tapi resonansi tindakannya medioker.
Siapa pemimpin muda inovator di Bitung?
Pilkada Bitung akan menjadi sorotan penting dalam peta politik di Sulawesi Utara (Sulut). Dengan berbagai ragam dinamika politik dimilikinya, Pilkada Bitung menjadi ajang yang sangat penting bagi partai politik untuk memperkuat posisi mereka.
Di tengah persiapan Pilkada Bitung, figur-figur muda yang memiliki inovator jadi fokus perhatian partai politik untuk dicalonkan sebagai kepala daerah.
Nama-nama seperti Geraldi M E Mantiri, Erwin Wurangian, Santi Gerald Luntungan dan Keegan Kojoh memberikan daya rangsang bagi parpol sebagai kunci sukses memenangkan Pilkada Bitung.
Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) Kota Bitung Arham Lakue menilai, kemampuan intelektual seorang pemimpin patut menjadi kiblat pemilih rasional saat ini.
Sehingga, katanya, intelektual sosok pemimpin itu dijadikan ruang bagi publik (masyarakat) untuk dapat menguji sebesar apa ikhtiarnya dalam menghadapi tantangan multipolar yang telah menggerogoti berbagai aspek saat ini.
“Sejatinya calon pemimpin muda harus di uji intelektualnya setajam apa di ruang-ruang publik. Agar supaya juga masyarakat bisa mendapatkan referensi setiap pemimpin yang akan dipilih nantinya. Jangan sampai hanya sekedar jadi calon ikut-ikutan saja (Fomo),” kata Ikbal, Selasa (25/6/2024).
Ia berharap parpol juga ikut terlibat dalam hal mendorong serta membuka ruang bagi kadernya yang memiliki kompetensi, kapasitas dan kapabilitas menyampaikan bagaimana rekam jejak yang dimiliki.
“Sehingga juga warga bisa mengetahui lebih banyak problem serius apa yang butuh pembenahan dari hulu ke hilir. Itu semua perlu dijabarkan oleh calon-calon kandidat,” tukasnya.