Pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Terkendala, Ketua DPRD Maros : Tantangan Progres dan Anggaran

Ketua DPRD Maros, Patarai Amir (Foto : IST).

MAROS,SULAWESION.COM- Kondisi Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan menjadi sorotan dari Anggota DPRD Maros akibat lambatnya progres pembangunan dan perluasan bandara yang telah dimulai sejak tahun 2019 itu.

Ketua DPRD Kabupaten Maros, Andi Patarai Amir, menyoroti manajemen bandara atas keterlambatan pengerjaan sebagai bandara internasional, pembenahan dan pengerjaan tidak berlangsung lebih serius.

Bacaan Lainnya

“Ini terkesan proyek pembangunan bandara berjalan di tempat. Tidak ada tanda-tanda kemajuan yang nyata. Padahal proyek ini sudah berjalan selama empat tahun,” ungkap Andi Patarai Amir dengan tegas.

Pemimpin legislatif ini memahami dampak pandemi COVID-19 terhadap proyek ini, namun ia menunjukkan bahwa banyak perusahaan, termasuk sektor transportasi udara, sudah pulih sejak tahun 2022.

Menurutnya, hal ini seharusnya menjadi pijakan bagi PT. Angkasa Pura untuk melanjutkan proyek ini.

“Situasi penerbangan seharusnya telah normal kembali sejak tahun 2022. Artinya, tidak seharusnya ada kendala berarti untuk melanjutkan pembangunan. Ada cukup dana untuk itu,” tandasnya.

Namun, General Manager Angkasa Pura I Bandara Sultan Hasanuddin, Wahyudi, mengakui perlambatan dalam proyek perluasan bandara. Ia menjelaskan bahwa kendala utama berasal dari keterbatasan anggaran yang diberikan oleh PT Angkasa Pura dan PT Wika sebagai pelaksana konstruksi.

“Keterlambatan ini memang nyata. Tetapi, kami tetap optimistis bahwa target tahun 2024 masih bisa tercapai. Meskipun agak terlambat karena situasi keuangan yang tidak stabil,” paparnya.

Wahyudi menambahkan bahwa progres pembangunan sebenarnya terus berjalan, meskipun tidak terlalu terlihat secara kasat mata. Terminal selatan baru-baru ini telah mulai beroperasi, menunjukkan bahwa proyek ini masih bergerak maju.

Terkait anggaran, ia menyebut bahwa total biaya proyek perluasan bandara masih tetap pada angka Rp2,6 Triliun, sementara sejauh ini telah menghabiskan lebih dari Rp1,2 Triliun.

Meskipun tantangan finansial masih ada, Wahyudi bersikeras bahwa pihaknya akan terus berupaya agar proyek ini dapat diselesaikan sesuai target. Dengan harapan bahwa bandara ini akan segera mampu memenuhi standar internasional dan mendukung konektivitas udara yang lebih baik bagi wilayah tersebut.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *