Kemudian atas jawaban ini spontan suara-suara penolakan keluar dengan tegas dari seluruh petani yang berkumpul, sembari mengusir mundur pihak pemprov dan Intel kepolisian.
BACA JUGA: Demo Petani Morut, Tuntut Pemerintah Selesaikan Konflik Agraria
Salah satunya reaksi penolakan dari perempuan paruh baya yang semasa hidupnya merupakan petani tanaman bulanan yang hasilnya mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
“Dari pemprov so bikin banyak kebohongan dan penipuan. Dari mulai pembangunan brimob, rumah sakit. Jadi so cukup sudah, kami petani sudah tidak lagi diam, kami tetap melawan karena ini hak kami petani (Pihak pemprov sudah membuat banyak kebohongan dan penipuan. Mulai dari pembangunan Mako Brimob, rumah sakit. Cukup sudah, kami para petani tidak lagi diam, kami tetap melawan karena ini hak kami petani),” tegas Oma Ndio saat memberikan keterangan.
BACA JUGA: Tiga Calon Kepala Desa Gugat Hasil Pilsang di Kotamobagu
Kedatangan pihak pemprov dan Intel kepolisian membuat para petani menghentikan seluruh aktivitas mereka.
Para petani memilih untuk berjaga-jaga di posko Solipetra guna mengantisipasi kedatangan lanjutan dari pihak-pihak yang akan merampas ruang hidup mereka.
Noufryadi Sururama | GL