HMI Majene Demo Di Depan Rujab Bupati Tuntut Penundaan Pilkades, Rabu (7/6/2023). Sumber Foto Indra Saputra.
MAJENE, SULAWESION.COM – Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Majene dan Masyarakat melakukan aksi unjuk rasa tolak penundaan Pilkades di Kabupaten Majene yang berakhir ricuh, Rabu (7/6/2023), siang.
Kegiatan aksi itu di mulai dari depan kantor Bupati Majene hingga menutup jalan trans Sulawesi, setelah itu massa aksi bergeser ke Rumah Jabatan Bupati Majene.
Setiba di depan Rumah Jabatan Bupati, massa melakukan orasi yang menuntut agar Pilkades segera dilaksanakan dan jangan menunda-nunda.
Hendra Wahid selaku Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Majene mengatakan “Pemda Kabupaten Majene mengeluarkan surat pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 25 Mei 2023, yang dimana poin ke 4 surat pernyataan menyebutkan, bahwa Pilkades Serentak Kabupaten Majene ditunda sampai tahun 2025 mendatang setelah tahapan Pemilu selesai”,ujarnya.
“Namun dalam aturan surat pernyataan tidak memiliki kekuatan menggugurkan peraturan Bupati Kabupaten Majene sehingga tahapan Pilkades akan tetap dilaksanakan, kalaupun Pilkades ditunda tentu Pemda Majene harus mencabut perbub yang telah disahkan”, tambahnya, Hendra Wahid.
Ditengah aksi tersebut Kordinator Lapangan (Korlap) Zulkifli mengatakan dalam orasinya, “apabila Bupati Majene dan Pj Gubernur tidak menemui kami didepan Rujab Bupati maka jangan salahkan jika kami menerobos pintu pagar ini”, katanya.
Situasi semakin panas, Bupati tak kunjung menemui massa aksi tersebut, akhirnya massa mendorong dan memanjat pintu pagar Rujab Bupati hingga pintu pagar roboh dan menjatuhi demonstran tersebut.
Pihak pengamanan dan massa aksi terlibat gesekan hingga terjadi adu fisik yang tidak dapat dihindari lagi, sehingga Bupati dan Pj Gubernur akhirnya keluar dan menemui massa aksi.
Keributan tersebut berlanjut sampai Bupati dan Pj Gubernur bergeser ke kantor Bupati Majene yang akan melakukan rapat kerja, tetapi massa aksi tetap mendesak agar tuntutannya di respon dan memberi penjelasan yang masuk akal agar tidak ada kekeliruan.
Hingga sore massa aksi akhirnya bubar dan akan kembali lagi dengan massa yang lebih banyak sampai Bupati memberi jawaban yang jelas pada tuntutannya.
(Indra Saputra)